Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mekar di Daerah, Industri Gadai Tumbuh Subur Meski Pandemi Covid-19

Sekretaris Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia (PPGI) Holilur Rohman menjelaskan bahwa adanya pandemi Covid-19 menekan aktivitas bisnis di berbagai sektor. Namun, bisnis gadai menjadi salah satu yang cukup bertahan terhadap hambatan pandemi itu.
Petugas melayani nasabah di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Petugas melayani nasabah di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan gadai dinilai memiliki tempat tersendiri di mata masyarakat yang membutuhkan dana tunai, khususnya di kawasan pedesaan. Kemampuan perusahaan gadai menyalurkan dana dalam jumlah sangat kecil membuatnya memiliki daya saing terhadap perbankan dan lembaga pembiayaan lain.

Sekretaris Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia (PPGI) Holilur Rohman menjelaskan bahwa adanya pandemi Covid-19 menekan aktivitas bisnis di berbagai sektor. Namun, bisnis gadai menjadi salah satu yang cukup bertahan terhadap hambatan pandemi itu.

Menurutnya, tekanan ekonomi saat ini membuat sebagian besar masyarakat sangat membutuhkan dana tunai, oleh karena itu penggunaan layanan gadai tetap bertahan. Terlebih, bagi masyarakat yang berkurang pendapatannya, layanan gadai bisa menjadi solusi pembiayaan tanpa harus kehilangan aset bendanya.

"Di daerah, masyarakat masih ingin uang tunai untuk membelanjakan sesuatu, begitu dapat uang dari gadai langsung belanja. Saat ini pun orang kota banyak yang pulang kampung karena kehilangan pekerjaan, tapi mereka punya penghidupan baru di sana, pola hidupnya jadi di sana dan memanfaatkan gadai dulu," ujar Holil kepada Bisnis, Kamis (12/11/2020).

Berdasarkan informasi para anggota PPGI, menurut Holil, banyak nasabah yang membawa pulang barang-barangnya dari kota dan menggadaikannya di pedesaan. Barang-barang yang digadaikan itu beragam, mulai dari perabotan rumah tangga, emas, hingga harta benda lainnya.

Holil menjabarkan bahwa pola tersebut bisa terjadi karena bisnis gadai tidak menggunakan acuan teritorial. Pelayanan dapat diberikan sesuai lokasi sang nasabah berada, sehingga aset-aset dari perkotaan bisa digadaikan di desa, dengan ketentuan penebusan di tempat yang sama.

Menurutnya, karakteristik itu yang membuat bisnis gadai masih dapat bertahan di tengah pandemi. Ingatan masyarakat pun cukup melekat ke perusahaan gadai saat membutuhkan dana tunai, selain ke perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.

"Gadai, perbankan, dan pembiayaan punya karakter masing-masing, dari sisi jumlah pinjaman masing-masing punya plafon. Kalau di industri gadai mulai Rp50.000 pun sudah bisa pinjam, bahkan, di daerah Manado katanya Tupperware saja digadaikan," ujarnya.

Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan gadai merupakan lembaga jasa keuangan yang memiliki penetrasi sampai ke pelosok daerah. Perusahaan gadai itu akan 'bersaing' dengan lembaga jasa keuangan lain yang memiliki target pasar sama, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Holil menjelaskan bahwa ketiga jenis lembaga jasa keuangan itu memiliki segmen yang bermacam-macam, meskipun terdapat irisan yakni wong cilik atau masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, pola akad dan jaminan bisnis yang digunakan pun berbeda, sehingga operasional bisnisnya dapat berjalan beriringan. "Di segmen tertentu ada semua peluangnya," ujarnya.

Berdasarkan Statistik Perusahaan Pergadaian Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Agustus 2020 pembiayaan oleh industri gadai mencapai Rp56,67 triliun. Jumlah tersebut tumbuh dibandingkan dengan posisi Agustus 2019 senilai Rp45,85 triliun.

Perusahaan pelat merah PT Pegadaian (Persero) tercatat mendominasi industri gadai dari seluruh aspek. Dari sisi pembiayaan, per Agustus 2020 Pegadaian menyalurkan Rp56,1 triliun sedangkan seluruh perusahaan swasta lain menyalurkan Rp566 miliar.

Meskipun begitu, keduanya mencatatkan pertumbuhan kinerja di tengah gejolak pandemi Covid-19. Pada Agustus 2020, penyaluran pembiayaan Pegadaian tumbuh 23,16 persen (year-on-year/yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp45,55 triliun, sedangkan penyaluran pembiayaan seluruh perusahaan swasta itu tumbuh 85,57 persen (yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp305 miliar.

Tumbuhnya penyaluran pembiayaan itu pun membuat aset industri gadai tumbuh subur. Pada Agustus 2020, total aset industri tercatat sebesar Rp71,44 triliun atau tumbuh 25,4 persen (yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp56,94 triliun.

Per Agustus 2020, total aset Pegadaian senilai Rp70,38 triliun tercatat tumbuh hingga 24,41 persen (yoy) dibandingkan dengan Agustus 2019 sebesar Rp56,57 triliun. Adapun, pada Agustus 2020 total aset seluruh perusahaan gadai swasta senilai Rp1,05 triliun meroket hingga 180,75 persen (yoy) dibandingkan dengan Agustus 2019 senilai Rp374 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper