Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masuk daftar emiten big caps atau emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp100 triliun.
Dalam lima hari terakhir, harga saham BBNI terus menanjak. Pada perdagangan Rabu (11/11/2020), saham BBNI ditutup pada level Rp5.475 atau naik 2,82 persen dari penutupan hari sebelumnya.
Pada level harga itu, nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp102,11 triliun. Sepanjang perdagangan kemarin, saham BBNI diperdagangkan di harga tertinggi Rp5.525, sedangkan harga terendah Rp5.325. Nilai transaksi saham mencapai Rp584,29 miliar dengan volume yang diperdagangkan sebanyak 107,38 juta saham.
Sementara pada perdagangan sesi I hari ini (12/11/2020), saham BBNI berakhir di zona merah. Saham BBNI melemah 1,83 persen ke level Rp5.375 atau turun 100 poin. Dari situ, nilai kapitalisasi pasarnya menjadi Rp100,24 triliun.
Head of Investmen PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengatakan BBNI merupakan satu di antara empat saham bank BUKU 4 yang menjadi motor penggerak IHSG. Di antara keempat emiten bank besar itu, BBNI menjadi paling menarik untuk dilirik dengan rasio PBV 0,91 kali.
"Menarik karena PBV masih di bawah 1 persen. BBNI juga penggerak IHSG," katanya, Kamis (12/11/2020).
Menurutnya, saham BBNI masih berpeluang melanjutkan penguatan. Apalagi, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih baik pada tahun depan.
Kiswoyo memberikan target harga saham BBNI Rp6.175 hingga tahun depan. Adapun, laba BBNI yang anjlok per September 2020, juga terjadi pada bank besar lainnya.
Per September 2020, BBNI membukukan laba Rp4,32 triliun atau turun 63,9 persen yoy. BBNI membukukan penurunan terdalam di antara bank BUMN.
"Di antara saham bank blue chip, ini yang valuasinya paling murah," imbuhnya.