Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Syariah Indonesia (BRIS) Diharapkan Ikut Bantu Pemulihan Ekonomi

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily berpendapat penggabungan ketiga bank syariah anak usaha bank BUMN akan dapat memperkuat perekonomian nasional.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi (tengah) didampingi Wakil Direktur Utama I Ngatari dan Wakil Direktur Utama II Abdullah Firman Wibowo berpose dalam sesi foto usai penandatanganan akta penggabungan tiga bank syariah milik Himbara di Jakarta, Rabu (16/12/2020). /ANTARA
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi (tengah) didampingi Wakil Direktur Utama I Ngatari dan Wakil Direktur Utama II Abdullah Firman Wibowo berpose dalam sesi foto usai penandatanganan akta penggabungan tiga bank syariah milik Himbara di Jakarta, Rabu (16/12/2020). /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Dukungan proses merger ketiga bank syariah milik BUMN, yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) terus berdatangan.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily berpendapat penggabungan ketiga bank ini diharapkan dapat memperkuat perekonomian nasional.

Politikus Golkar ini menyebut peran dan kontribusi PT Bank Syariah Indonesia Tbk., sangat ditunggu, apalagi dalam upaya melakukan pemulihan ekonomi pasca pandemi.

“Sudah saatnya potensi ekonomi umat Islam disatukan dalam satu kekuatan ekonomi agar kita dapat segera memulihkan perekonomian di saat pandemi dan pasca-pandemi,” kata Ace, Senin (21/12/2020).

Ace menilai, langkah merger bank-bank syariah yang bernaung dalam Bank Himbara dengan membentuk Bank Syariah Indonesia merupakan langkah yang tepat. Menurutnya, merger bank Himbara Syariah ke dalam satu bank syariah akan membuat Bank Syariah Indonesia menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Nantinya, Bank Syariah Indonesia akan mampu memiliki jangkauan pasar yang lebih besar kepada masyarakat Indonesia. Luasnya daya jangkau bank ini akan membantu upaya pemerintah menaikkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat, khususnya dalam hal keuangan syariah.

"Merger ini menjadikan Bank Syariah Indonesia ini akan menjadi bank syariah yang terbesar di Indonesia, disertai dengan modal yang besar pula, memiliki jangkauan pasar yang lebih besar kepada masyarakat muslim Indonesia, sehingga diharapkan dapat melayani gairah masyarakat muslim Indonesia untuk mempercayakan layanan perbankannya ke Bank Syariah Indonesia," ujar Ace.

Layanan perbankan syariah dengan cakupan modal besar dan sasaran yang lebih merata, lanjut Ace, diharap juga diikuti dengan langkah mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil. Apabila hal tersebut terjadi, keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak.

Menurutnya, mobilisasi investasi syariah yang adil merupakan hal penting karena Islam secara tegas melarang penimbunan tabungan dan menganjurkan penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam.

“Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam, terutama mudharabah (bagi hasil) dan wadi’ah (titipan),” kata Ace.
Ace menambahkan, keberadaan Bank Syariah Indonesia tentu juga harus diiringi dengan layanan yang lebih merata dan memanfaatkan IT atau teknologi digital. Sehingga, hal ini akan mempermudah Bank Syariah Indonesia dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

“Bank Syariah Indonesia harus menjadi pioneer terdepan dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam memobilisasi investasi keuangan, serta berkontribusi membangun bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim,” ujar Ace.

Bank Syariah Indonesia diproyeksi efektif beroperasi pada 1 Februari 2021. Nantinya, bank ini digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery akan didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.

Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.

"Selama ini belum ada kami lihat market untuk sukuk global, terutama di middle east. Potensi market ini luar biasa besar," kata Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi saat penandatanganan Akta Penggabungan pekan lalu.

“Bank Hasil Penggabungan juga akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM di antaranya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), melalui produk dan layanan keuangan syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM baik secara langsung maupun sinergi dengan bank-bank Himbara dan Pemerintah Indonesia,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper