Bisnis.com, JAKARTA - Kendati baru seumur jagung, pelaku industri teknologi finansial (tekfin/fintech) urun dana atau equity crowdfunding (ECF) mengharapkan target pertumbuhan signifikan pada 2021.
Ketua Umum Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) Reza Avesena mengungkap kepercayaan diri para platform ditopang oleh dukungan regulasi dan awareness masyarakat terkait investasi lewat platform tekfin.
Seperti diketahui, fintech ECF merupakan layanan penerbitan saham dari bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau usaha rintisan (startup).
Baca Juga : Ada |
---|
Syarat suatu usaha menjadi 'penerbit', yakni berstatus Perseroan Terbatas (PT), memiliki laporan keuangan yang baik, dan menggunakan dana dari penerbitan saham untuk menjadi modal yang sesuai syarat Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Masyarakat bisa melakukan urun dana/patungan mendanai sebuah bisnis tersebut, yang kemudian disebut 'pemodal' atau investor, yang sama-sama secara resmi menjadi pemilik saham bisnis penerbit, sesuai syarat dan ketentuan dari regulator.
"Walaupun industri ini masih muda, kami sudah semakin matang menghadapi 2021. Kami sudah punya asosiasi dan mendapat dukungan OJK menjadi platform securities crowdfunding [SCF]. Kami yakin semakin banyak masyarakat yang tertarik bergabung ke ekosistem kami," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/1/2021).
Reza menjelaskan tiga platform yang telah resmi beroperasi dengan izin OJK setidaknya telah berhasil mengumpulkan 20.811 pemodal, dengan transaksi hingga Rp163,3 miliar untuk membeli efek dari 121 UMKM selalu penerbit.
Pencapaian tersebut secara rinci disumbang oleh dominasi PT Santara Daya Inspiratama (Santara), yang berhasil mengumpulkan 18.316 pemodal, 73 penerbit, dan transaksi Rp108 miliar.
Kemudian, PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare) mengumpulkan 1.557 pemodal, 43 penerbit, dan transaksi Rp33,8 miliar. Terakhir, PT Crowddana Teknologi Indonusa (CrowdDana) mengumpulkan 938 pemodal, 5 penerbit, dan transaksi Rp21,5 miliar.
"Tahun ini kami masih dalam bersiap melengkapi fitur baru sesuai amanat otoritas, yaitu menjadi SCF lewat penerbitan obligasi dan sukuk buat UMKM, dan mengakomodasi pasar sekunder agar para pemodal punya opsi untuk exit investasi," tambahnya.
Sekadar informasi, tahun ini merupakan tahun pertama industri urun dana resmi menjadi SCF, sesuai Peraturan OJK No 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi.
Ini merupakan pembaruan dari POJK No 37/POJK.04/2018 terkait Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi.
Tahun 2021 pun merupakan tahun pertama ALUDI resmi menjadi jembatan para platform dan regulator selaku asosiasi, menilik baru mendapatkan pengesahan Kementerian Hukum dan HAM pada 2 November 2020, dan mendapatkan pengakuan OJK pada 11 November 2020.
Sebelumnya, Krishna T. Wijaya, Chief Business Officer Santara mengungkap bahwa target penghimpunan dana dari penerbitan efek bisa tumbuh tiga kali lipat.
"Tahun depan target kami naik ke volume penyaluran di kisaran Rp300 miliar, tiga kali lipat dari pencapaian tahun ini di kisaran Rp100 miliar," jelasnya kepada Bisnis.
Adapun Founder sekaligus CEO Bizhare Heinrich Vincent optimistis mampu mencetak pertumbuhan fantastis, menilik kinerja apik sepanjang 2020.
"Pada masa yang tidak menentu di tahun 2020 ini saja, Bizhare bisa bertumbuh lebih dari 100 persen. Apalagi di tahun 2021, di mana ekonomi sudah semakin pulih. Kami yakin bisa bertumbuh secara lebih pesat 5-10 kali lipat dibandingkan dengan tahun ini, baik dari sisi jumlah investor, penerbit, dan pendanaan yang berhasil kami salurkan," ungkapnya.
Terakhir, Co-Founder sekaligus Chief Product & Marketing Officer CrowdDana Stevanus Iskandar Halim pun mengungkap target pertumbuhan yang tak kalah fantastis. Hingga sepuluh kali lipat.
Menurutnya, selain kondisi perekonomian, optimisme ini ikut ditopang bangkitnya UMKM sektor properti, yang merupakan pangsa pasar utama para penerbit platform Crowddana.
"Kami mengincar pertumbuhan 10 kali lipat pada 2021, target kami ingin mencapai 200.000 pengguna, 50 penerbit, dengan dana investasi hingga Rp200 miliar," ujarnya kepada Bisnis.