Bisnis.com, JAKARTA -- Kebutuhan kredit investasi ikut tertekan pada tahun lalu meski tak sedalam kredit kebutuhan lain.
Pada tahun ini pun diperkirakan menjadi momentum pembalikan kinerja yang lebih agresif seiring dengan meningkatnya optimisme investasi pelaku usaha dan belanja infarstruktur pemerintah.
Berdasarkan data Bank Indonesia, baki kredit investasi per akhir 2020 tercatat Rp1.446,4 triliun, terpangkas 1 persen secara tahunan. Adapun, kredit perbankan secara umum justru terpangkas 2,7 persen secara tahunan menjadi Rp5.482,5 triliun.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga kredit investasi menunjukkan penurunan yang signifikan pada sepanjang tahun lalu.
Posisi suku bunga per Oktober 2020 tecatat 9,01 persen untuk rupiah dan 3,75 persen untuk valuta asing, turun dari periode sama 2019 yakni 10,04 persen untuk rupiah dan 5,02 persen untuk valuta asing.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Samual mengatakan optimisme investasi pelaku usaha akan sangat baik karena banyak investasi yang tertunda.
Pemerintah pun menyiapkan banyak belanja infrastruktur yang mampu mendorong penyerapan kredit investasi lebih baik pada tahun ini.
"Kalau kita lihat tahun lalu hanya terpangkas tipis, maka tahun ini kecendrungan bisa positif, dan mungkin bisa sampai high single digit," katanya, Senin (25/1/2021).
Namun, dia mengatakan pemerintah harus cepat menyiapkan aturan turunan lain dari Undang-undang omnibus law yang ada. Aturan turunan tersebut akan semakin menunjukkan keseriusan pemerintah mendorong investasi dan penggunaan fasilitas yang saat ini masih banyak tertahan di perbankan.
Adapun, David memperkirakan sektor komoditas masih memerlukan peningkatan kapasitas produksi dan penyaluran kredit lebih lanjut.
Sektor manufaktur pun akan mendapat sentimen yang baik, terlebih dengan perdagangan internasional yang terlihat semakin baik seiring dengan inaugurasi Presiden Amerika.
"Sektor teknologi pun pun masih akan banyak realisasi investasi pada tahun ini yang membutuhkan dukungan perbankan," imbuhnya.
Senada, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan kapasitas perbankan saat ini juga masih sangat cukup untuk menjawab kebutuhan pembiayaan besar termasuk investasi.
"Kalau kita lihat dari kecukupan modal dan likuiditas, saat ini longgar sekali. Tinggal bagaimana permintaannya saja," katanya.
Trioksa melanjutkan, perbankan saat ini juga telah menurunkan suku bunga kreditnya ke posisi yang sangat rendah. Tren ini harusnya dapat menjadi stimulan bagi pelaku usaha untuk cepat merealisasikan rencana investasinya tahun ini.
"Yang dibutuhkan saat ini kepastian. Jika itu sudah ada, maka potensi peningkatan permintaan kredit khususnya investasi dapat terwujud. Namun, saya pikir itu barus terealisasi pada semester kedua tahun ini," tuturnya.
Masih mengutip data BI, rasio kecukupan modal perbankan berada pada 23,52 persen, loan to deposit ratio berada pada 84,55 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah 3,11 persen.