Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Agus Sugiarto

Advisor Otoritas Jasa Keuanga

Agus Sugiarto adalah Advisor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dia juga pernah menjabat Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK.

Lihat artikel saya lainnya

BSI dan Ekosistem Syariah

Peran ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain yang justru populasi muslimnya tidak sebesar Indonesia.
Logo Bank Syariah Indonesia
Logo Bank Syariah Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) yang telah resmi berdiri sebagai pemain baru hasil merger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah perlu kita sambut dengan rasa optimisme yang besar.

Merger tersebut memiliki beberapa alasan tertentu. Salah satunya adalah sebagai bagian dari ekosistem pendukung untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

Alasan ini sangat masuk akal mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sayang sekali, peran ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain yang justru populasi muslimnya tidak sebesar Indonesia.

Potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia harus digali lebih dalam dan dibangkitkan agar mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi serta memperkuat ketahanan dan daya saing ekonomi nasional dan. Oleh sebab itu, kehadiran BSI menjadi sebuah harapan yang bisa memberikan kontribusi besar dalam mendukung pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Saat ini pangsa pasar ekonomi syariah di Indonesia baru mencapai 9,68% saja, sedangkan kontribusi perbankan syariah baru sekitar 6,81%. Hal ini sangat ironis sekali mengingat populasi muslim kita mencapai sekitar 229 juta jiwa dari total 270 juta penduduk Indonesia, sehingga sudah saatnya potensi ekonomi dan keuangan syariah perlu terus ditingkatkan agar tumbuh dan berkembang menjadi semakin besar.

BSI didirikan bukan hanya untuk melayani golongan masyarakat muslim saja, melainkan untuk semua golongan masyarakat. Pemberian gelar syariah untuk BSI hanya menunjukkan proses bisnis dan produknya saja yang memiliki label syariah, tetapi siapapun bisa mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan berbasis syariah tersebut.

Bersatunya tiga bank umum syariah BUMN menjadi BSI telah menjadikan bank tersebut masuk ke dalam 10 bank terbesar di Indonesia. Selama ini, tidak satupun bank umum syariah yang beroperasi di Indonesia mampu menembus kelompok 10 bank terbesar.

Dengan aset sekitar Rp228 triliun menempatkan BSI di urutan ke-7 bank terbesar di Indonesia sehingga berkemampuan lebih besar dalam mendukung pembiayaan ekonomi. Dengan modal inti Rp20,2 triliun, menjadikan BSI memiliki ketahanan likuiditas dan solvabilitas yang kuat dalam menghadapi berbagai eksposur risiko yang muncul di kemudian hari.

Sebuah studi mengenai perbankan syariah dari Ibrahim dan Rizvi (2017) menunjukkan bahwa semakin besar aset bank syariah, semakin stabil dan bagus kinerjanya. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing induk legacy bank sebelum merger, diharapkan BSI dapat menciptakan sinergi baru dengan memberikan berbagai ragam layanan yang lebih luas.

Pasar UMKM tetap bisa dilayani mengingat pengalaman dari BRI yang sudah bertahun-tahun menjadi pemain besar di segmen mikro dan kecil. Pengalaman luas dari BNI dalam mendukung pembiayaan trade finance dalam perdagangan luar negeri menjadi suatu keunggulan tersendiri bagi BSI untuk bersaing dengan bank-bank lain dalam pembiayaan ekspor impor.

Kemampuan dan keahlian dari Bank Mandiri dalam pemberian kredit korporasi tentunya akan diturunkan kepada BSI sehingga korporasi besar memiliki alternatif pembiayaan yang berbasis syariah.

Selain itu, kekuatan Bank Mandiri dalam memberikan layanan wealth management untuk nasabah priority banking diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan keuangan yang sophisticated untuk kelompok muslim kelas menengah ke atas.

Menurut data Boston Consulting Group, diperkirakan ada sekitar 64,5 juta muslim kelas menengah ke atas yang mungkin membutuhkan layanan wealth management yang berbasis syariah.

Di sisi lain, hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 memperlihatkan bahwa inklusi keuangan untuk syariah baru mencapai 9,10%. Artinya, dari setiap 100 penduduk di Indonesia, baru sekitar 9—10 orang saja yang telah memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan syariah.

Dengan kata lain, saat ini baru sekitar 24—25 juta orang saja yang telah mengakses layanan keuangan yang berbasis syariah. Hadirnya BSI diharapkan mampu mendongkrak inklusi keuangan syariah ke level yang lebih tinggi.

Dalam perjalanannya BSI akan memiliki beberapa tantangan yang akan dihadapi. Pertama, hasil penelitian dari Sawitri dan Febrian (2018) menunjukkan bahwa preferensi masyarakat muslim untuk memilih atau tidak memilih layanan berbasis syariah tidak 100% didasarkan atas keyakinan agama.

Sebagian dari mereka justru melihat aspek kemudahan pelayanan dan produk yang berbasis teknologi sebagai faktor utama yang menentukan dalam memilih suatu bank.

Kedua, transformasi digital yang terjadi di sektor jasa keuangan perlu segera diadopsi guna memberikan layanan yang lebih baik, cepat dan mudah diakses.

Ketiga, masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia yang berada di angka 8,93% menjadi tantangan besar mengingat hanya sekitar 9 orang dari setiap 100 penduduk yang sudah memahami produk keuangan syariah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper