Bisnis.com, JAKARTA - Survei Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) mengungkap layanan kredit digital atau akrab disapa paylater kian mendapat sentimen positif di kalangan masyarakat Indonesia.
Hal ini terungkap dalam riset terbaru RISED bertajuk 'Persepsi Pasar Indonesia Terhadap Pemanfaatan Fitur Pembayaran Paylater' kepada 2.000 responden dari 10 Provinsi di Indonesia.
Rumayya Batubara, Ketua Tim Peneliti RISED dan Ekonom Universitas Airlangga, mengungkap 95 persen responden sudah mengetahui tentang paylater yang berfungsi sebagai pilihan alternatif pembayaran.
"Hal ini menunjukkan bahwa popularitas paylater di kalangan masyarakat sudah cukup tinggi. Kedua, tingkat pemahaman pengguna paylater tentang aturan dan keuntungan penggunaan paylater relatif sudah baik," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Kamis (11/2/2021).
Secara terperinci, responden yang paham dan sangat paham terkait paylater memang mendominasi, yakni masing-masing 36,6 persen dan 43,1 persen. Adapun, 71,6 persen sudah pernah menggunakan paylater.
Rumayya menekankan bahwa hasil riset ini pun menunjukkan betapa layanan paylater kini telah dianggap positif karena bermanfaat untuk mengelola pengeluaran dan arus kas.
Baca Juga
Studi ini menemukan fakta bahwa pengguna paylater sudah cukup bijak dalam memanfaatkan fitur pembayaran digital ini, ditunjukkan oleh lebih dari 80 persen responden yang mengatakan bahwa alasan mereka menggunakan paylater adalah untuk membeli kebutuhan mendadak ketika keuangan terbatas.
"Ini mengindikasikan bahwa motif penggunaan paylater bukan lagi karena belanja impulsif dan konsumtif, melainkan untuk membeli kebutuhan penting yang diperlukan tetapi tidak dapat dicapai dengan keuangan pada saat tersebut," tambahnya.
Tepatnya, 82,97 persen responden mengaku memanfaatkan paylater untuk membeli kebutuhan mendadak, disusul untuk membeli barang di luar pengeluaran bulanan (43,32 persen), dan untuk belanja dengan cicilan pendek (39,94 persen). Sisanya, untuk mendapatkan promo menarik (38,25 persen), dan untuk menengatasi dan mengelola pengeluaran bulanan (25,33 persen).
Adapun dari sisi yang memilih tidak menggunakan paylater sekitar 538 responden, didominasi karena menganggap layanan ini membiasakan berutang dan menjadi konsumtif, khawatir biaya-biaya tambahan dan besaran bunga, keamanan data, dan belum mengetahui.
Rumayya menekankan bahwa dari banyaknya responden yang mengaku mendapatkan manfaat, secara terperinci kebanyakan telah membandingkan keunggulan layanan ini dengan layanan kartu kredit konvensional perbankan.
"Dari total responden yang disurvei, sebanyak 1.544 responden atau sekitar 77,20 persen di antaranya menganggap bahwa akses terhadap paylater lebih mudah dibandingkan dengan akses terhadap kartu kredit. Hal ini salah satunya dikarenakan paylater bisa diakses oleh mereka yang belum memenuhi kriteria pinjaman di perbankan," ungkapnya.
Menyusul terkait akses, 60,5 persen dari responden tersebut lebih memilih paylater karena persyaratan dan prosesnya yang mudah, disusul minimal transaksi yang kecil (37,15 persen), tidak ada biaya admin jika tak digunakan (31,65 persen), dan bisa berhenti sewaktu-waktu (30,45 persen). Terakhir, dari sisi provider, narasumber berpendapat bahwa jasa layanan paylater ini masih berpotensi memberikan keuntungan di masa pandemi maupun di masa yang akan datang.
"Maka dari itu, penyedia jasa memilih untuk tidak melakukan pengetatan atau pengurangan aliran pinjaman kepada konsumen, melainkan hanya melakukan penguatan sistem perlindungan konsumen, peningkatan sistem pelayanan, dan inovasi produk guna memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen," tambah Rumayya.
Seperti diketahui, layanan paylater saat ini banyak ditawarkan oleh platform digital yang kerja sama dengan pihak ketiga, selaku lembaga jasa keuangan penyedia layanan cicilan, baik multifinance atau fintech peer-to-peer (P2P) lending.
Lebih dari 15 layanan toko retail digital atau e-commerce, serta beragam aplikasi on-demand telah menyediakan layanan ini, seperti Kredivo, Shopee Paylater, Traveloka, Gojek, Grab, dan Tokopedia. Dilihat dari platform yang paling sering digunakan, sebanyak 850 dari 1.362 responden (62.41 persen) paling sering menggunakan fitur paylater untuk membeli produk di e-commerce, disusul penggunaan di aplikasi ride hailing sebanyak 426 responden (31,28 persen).
Adapun, platform pemesanan transportasi dan akomodasi mencapai sebanyak 42 responden (3,08 persen), sedangkan 3,23 persen lainnya menggunakan berbagai macam platform fintech, seperti Akulaku, Kredivo, DANA, OVO, dan Linkaja.