Bisnis.com, JAKARTA - Remunerasi pejabat bank-bank milik negara terdampak seiring dengan profitabilitas tahun lalu. Kendati demikian, perbaikan pendapatan pejabat bank papan atas ini dapat kembali membaik sejalan dengan perbaikan kinerja tahun ini.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bisnis, hampir semua bank pelat merah membukukan penurunan dalam pemberian remunerasi pada dewan direksi dan komisarisnya tahun lalu, kecuali Bank Mandiri.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. secara konsolidasi menjadi satu-satunya bank pelat merah yang membukukan peningkatan jumlah remunerasi bagi para dewan direksi dan komisarisnya. Pada 2020, remunerasi yang diberikan pada komisaris sebesar Rp176,44 miliar naik dari tahun sebelumnya Rp163,30 miliar sedangkan bagi direksi sebesar Rp570,58 miliar naik dari tahun sebelumnya Rp531,18 miliar.
Saat ini, Mandiri Group memiliki 11 perusahaan yang terkonsolidasi. Disebutkan bahwa kenaikan remunerasi tersebut disebabkan bertambahnya jumlah direksi dan komisaris Mandiri Group yang tercatat pada tahun anggaran 2020.
Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. membukukan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi 2020 masing-masing tercatat Rp43,74 miliar, dan Rp120,26 miliar. Remunerasi dewan komisaris dan direksi 2019 emiten berkode BBRI ini masing-masing tercatat Rp41,31miliar, dan Rp130,56 miliar.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membukukan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi 2020 masing-masing tercatat Rp78,48 miliar, dan Rp204,77 miliar. Remunerasi dewan komisaris dan direksi 2019 masing-masing tercatat Rp93,99 miliar, dan Rp230,44 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. membukukan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi 2020 masing-masing tercatat Rp20,29 miliar, dan Rp49,01 miliar. Remunerasi dewan komisaris dan direksi 2019 masing-masing tercatat Rp34,47 miliar, dan Rp75,93 miliar.
Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto menyampaikan penurunan pendapatan pejabat bank pelat merah tergolong wajar.
Kinerja perbankan khususnya bank pelat merah tertekan cukup dalam, sehingga menyebabkan kredit tak tumbuh signifikan. Profitabilitas pun terpangkas akibat pendapatan bunga yang terkikis restrukturisasi dan beban pencadangan agresif guna menjaga kestabilan.
Toto berpendapat penurunan tersebut juga sejalan dengan sense of belonging dari manajemen kelas atas terhadap kinerja insititusinya.
"Jadi kalau terpangkas itu masih sangat wajar. Industri perbankan secara umum juga mengalami tekanan yang relatif sama," sebutnya, Rabu (24/2/2021).
Meski demikian, dia menyampaikan pendapatan dari pejabat tersebut tak sepuhnya berasal dari remunerasi yang diberikan. Emiten bank-bank pelat merah memiliki program MESOP dan ESOP yang mengartikan kepemilikan saham jajaran direktur dan komisaris tidak lah rendah.
Dengan harga saham yang sudah kembali membaik, pejabat kelas atas bank milik pemerintah ini memiliki margin yang cukup ciamik jika dilepas.
Toto melanjutkan apresiasi terhadap pejabat emiten bank milik pemeirntah dapat membaik tahun ini. Kinerja ekonomi yang diproyeksikan lebih baik dari 2020, akan kembali mendongkrak remunerasi.
"Namun, peningkatan ini tentu akan sesuai dengan aturan dan target di awal, serta remunerasi pejabat emiten bank besar lain. Tapi yang jelas kinerja penyaluran kredit harusnya sudah bisa lebih baik," imbuhnya.