Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) mengungkap pelaku industri teknologi finansial (tekfin/fintech) urun dana atau securities crowdfunding (SCF) siap memacu target pertumbuhan signifikan pada 2021.
Ketua Umum ALUDI Reza Avesena menjelaskan bahwa kendati umur industri baru seumur jagung, para pelaku tetap percaya diri mampu berkembang dengan cepat, sesuai ekspektasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Seperti diketahui, fintech SCF atau sebelumnya disebut equity crowdfunding (ECF) merupakan layanan penerbitan saham dari bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau usaha rintisan (startup), yang kemudian disebut 'Penerbit'.
Masyarakat bisa melakukan urun dana/patungan mendanai sebuah bisnis tersebut yang kemudian disebut 'Pemodal' atau investor, lewat membeli dan resmi menjadi pemilik saham bisnis Penerbit, atau membeli surat utang Penerbit.
"Saat ini sudah ada total pengguna kita di 345.824 member yang mendaftar, ini gabungan dari empat penyelenggara yang sudah berizin, target kita ada 400.000 member baru yang bergabung," ungkapnya dalam diskusi virtual bersama OJK, Senin (15/3/2021).
Sebelumnya, Reza menjelaskan bahwa sudah terdapat 30 platform penyelenggara SCF yang bergabung menjadi keluarga ALUDI, tetapi baru 4 platform yang lolos mendapatkan izin OJK.
Antara lain, PT Santara Daya Inspiratama (Santara), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), dan PT Crowddana Teknologi Indonusa (CrowdDana), dan PT Numex Teknologi Indonesia (LandX).
"Dari para platform resmi, sudah ada 136 Penerbit yang sudah listing, dan diproyeksi di 2021 akhir, bertambah lagi 500 UMKM yang berhasil melakukan penawaran efek pada 2021," tambahnya.
Adapun, dana penerbitan efek para Penerbit tersebut yang dihimpun industri per Maret 2021 ini telah mencapai Rp198,68 miliar, dengan target menyentuh Rp500 miliar sepanjang 2021.
Adapun, Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal OJK Luthfi Zain Fuady menjelaskan bahwa pihak otoritas terus mendukung industri SCF agar mampu menjadi salah satu lembaga alternatif pendanaan UMKM yang selebar mungkin.
"Sekarang itu kalau butuh modal, pinjam ke mana? Pilihannya ada bank, ada pinjam tetangga atau perorangan, ada juga multifinance. Nah, SCF ini adalah bentuk alternatif selain itu," jelasnya.
Adapun, SCF masuk ke dalam rencana OJK terkait dukungan sektor jasa keuangan untuk pemilihan ekonomi, termasuk digitalisasi permodalan UMKM.
"Jumlah UMKM yang mengakses fintech SCF memang terbilang sedikit daripada total UMKM yang mencapai 64 juta pelaku usaha. Namun, kehadiran layanan urun dana ini diharapkan menjadi angin segar sebagai alternatif pendanaan, sehingga mampu mempercepat pemulihan ekonomi," ungkap Hoesen, Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK.