Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas saham perbankan ditutup memerah pada perdagangan hari ini, Rabu (31/3/2021) seiring dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG).
IHSG ditutup turun 1,42 persen ke level 5.985,52. Sebanyak 118 saham melemah, 396 saham menguat, dan 120 saham lainnya stagnan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, saham perbankan ikut terbakar. Setidaknya, hanya dua bank yang sahamnya berada di zona hijau, yaitu PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) dengan penguatan 2,21 persen ke level 1.620 dan PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) sebesar 0,83 persen ke level 484.
Sisanya, saham bank besar maupun kecil terkoreksi. Secara persentasi, saham PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) turun paling dalam sebesar 6,94 persen ke level 402.
Namun, secara nilai saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun paling dalam, yaitu sebesar 900 poin ke level 31.075 atau turun 2,81 persen.
Saham bank besar lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. turun 2,22 persen ke 4.400, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. terkoreksi 2,77 persen ke 6.150, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. melemah 1,29 persen ke 5.725.
Sementara itu, di jajaran bank kecil terdapat 8 emiten yang sahamnya mengalami penurunan lebih dari 6 persen, yaitu PT Bank Artha Graha Internasional (INPC) sebesar -6,02 persen, PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) sebesar -6,42 persen, PT Bank Maspion Tbk. (BMAS) sebesar -6,43 persen, dan PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) sebesar -6,62 persen.
Kemudian, PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI) -6,67 persen, PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) -6,67 persen, PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) -6,86 persen, dan PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) -6,94 persen.
Adapun, menanggapi pelemahan IHSG hari ini Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pelemahan indeks komposit dua hari belakangan lebih disebabkan oleh sentimen dalam negeri karena sentimen dari global relatif mereda, terlihat dari bursa regional yang hanya terkoreksi rendah.
Hendriko menyebut salah satu penyebab utama yang membuat IHSG tersungkur adalah pernyataan BPJS Ketenagakerjaan yang akan hengkang dari pasar modal untuk menekan risiko penurunan harga di pasar.
“Sepertinya berita mengenai BPJS untuk mengurangi porsi investasinya pada saham dan reksadana kemungkinan besar menjadi pemicu aksi jual di market,” katanya kepada Bisnis, Rabu (31/3/2021).
Seperti diketahui, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX DPR pada Selasa (29/3/2021) kemarin, pihak BPJS Ketenagakerjaan menyatakan akan mengurangi komposisi investasi di instrumen saham dan reksadana untuk menekan risiko penurunan harga di pasar, yang digadang-gadang menjadi penyebab unrealized loss.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh Bisnis, komposisi investasi BPJS Ketenagakerjaan per Januari 2021 terdiri saham sebesar 15,9 persen, reksadana 8,3 persen, obligasi 63,1 persen, deposito 12,2 persen, properti 0,4 persen, dan penyertaan langsung 0,1 persen.
Badan tersebut menempatkan investasi saham di 34 emiten, yang 25 di antaranya merupakan saham LQ45 dan sisanya pernah masuk indeks tersebut saat pembelian berlangsung.