Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang di Pinjaman Online Melesat Jadi Rp19,04 Triliun per Akhir Maret. Dipakai Buat Apa?

Outstanding industri fintech P2P lending tercatat tumbuh sebesar 28,7 persen (year on year/yoy). Bahkan, kenaikannya sejak awal tahun terbilang melompat, sekitar 24,36 persen (year-to-date/ytd) dari nilai outstanding Rp15 sampai Rp16 triliun.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan industri teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending tampak semakin tajam di era new normal.

Pasalnya, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding pembiayaan atau besar sisa pokok pinjaman pada waktu tertentu di luar bunga, denda, dan penalti dari 147 platform P2P lending mencapai Rp19,04 triliun per Maret akhir 2021.

Dengan kata lain, outstanding industri fintech P2P lending tercatat tumbuh sebesar 28,7 persen (year on year/yoy). Bahkan, kenaikannya sejak awal tahun terbilang melompat, sekitar 24,36 persen (year-to-date/ytd) dari nilai outstanding Rp15 sampai Rp16 triliun pada Desember 2020 sampai Februari 2021.

Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah meyakini pendanaan industri akan terus berkembang, karena pemerintah akan mewajibkan pemain di sektor multiguna melakukan pencairan dana untuk sektor produktif.

Sekadar informasi, OJK mencatat dari penyaluran 'utang' lewat P2P lending mencapai Rp74,41 triliun sepanjang 2020, Rp28,24 triliun atau 37,96 persen di antaranya dipakai untuk sektor produktif, terutama UMKM.

Sisanya, 62,04 persen atau sekitar Rp46 triliun untuk sektor konsumtif, yang kebanyakan dipakai sebagai pinjaman paylater di berbagai platform, dan pinjaman multiguna tunai.

"Tapi bukti yang telah kita rekap, pengajuan pinjaman konsumtif ternyata sering digunakan para peminjam untuk pembiayaan produktif. Sehingga yang terjadi di Indonesia, jumlah pendanaan produktif kurang-lebih bisa 50-55 persen," jelasnya dalam diskusi virtual AFPI, dikutip Rabu (5/4/2021).

CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menambahkan bahwa kenaikan di kuartal I/2021 kemungkinan besar terjadi akibat nuansa Ramadan 1442 H dan jelang Hari Raya Lebaran 2021.

"Para borrower [peminjam dana] terutama pebisnis, membutuhkan working capital atau inventory yang lebih banyak serta service yang lebih baik lagi. Hal ini terjadi terutama pada industri-industri yang terkait langsung pada bulan Ramadan, di mana selama bulan Ramadan pastinya akan terus mengalami kenaikan," jelasnya.

Akseleran sendiri mengalami kenaikkan top-up dari para pendana (lender) yang hampir mencapai dua kali lipat pada bulan April 2021. Salah satu pendorongnya, karena tunjangan hari raya (THR) yang diterima oleh mayoritas lender, langsung dialokasikan ke dalam platform P2P untuk disalurkan ke borrower.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper