Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Ketidakseimbangan, Jasindo Tinjau Profil Lini Bisnis Asuransi Kredit

Ketidakseimbangan tersebut yaitu antara luasnya cakupan proteksi dengan tarif premi asuransi kredit.
Kantor PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)./Dok. Asuransi Jasindo
Kantor PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)./Dok. Asuransi Jasindo

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Jasa Indonesia atau Jasindo menilai bahwa terdapat ketidakseimbangan antara luas cakupan proteksi dengan tarif premi asuransi kredit. Hal tersebut terlihat saat kondisi bisnis mengalami tekanan selama pandemi Covid-19, sehingga memerlukan perbaikan portofolio.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Jasindo Didit Mehta Pariadi kepada Bisnis pada Kamis (3/6/2021) seiring telah diterbitkannya data kinerja industri per kuartal I/2021 oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Dalam data tersebut, premi dan klaim asuransi kredit tercatat mengalami penurunan.

Didit menjelaskan bahwa pihaknya telah mempelajari portofolio asuransi kredit pada tahun lalu. Manajamen pun mulai melakukan peninjauan profil lini bisnis itu pada Mei 2020, seiring adanya temuan ketidakseimbangan dalam produknya.

"Akibat adanya ketidakseimbangan antara luasnya cakupan proteksi dengan tarif premi, maka kami mulai melakukan negosiasi dengan perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk melakukan revisi terhadap syarat dan ketentuan serta tarif premi," ujar Didit kepada Bisnis.

Meskipun begitu, hingga kuartal I/2021, baru satu bank pelat merah dan beberapa bank swasta yang bersedia melakukan restrukturisasi asuransi kredit. Alhasil, dampak dari peninjauan portofolio itu baru sampai penurunan loss ratio di beberapa bank.

Menurut Didit, lini bisnis asuransi kredit Jasindo pun belum bisa sepenuhnya pulih dari dampak-dampak klaim penutupan sebelumnya. Namun, proses peninjauan portofolio akan terus dilakukan.

"Perlu dipahami bahwa proteksi asuransi kredit bersifat jangka panjang sesuai dengan tenor kredit yang disalurkan," ujarnya.

Manajemen Jasindo pun berharap lebih banyak lagi bank dan perusahaan pembiayaan yang bersedia mempertimbangkan restrukturisasi asuransi kredit. Hal tersebut dinilai dapat membuat kerja sama asuransi dan lembaga keuangan lain lebih sehat, sehingga menunjang keberlangsungan usaha jangka panjang.

"Jika hal tersebut bisa terjadi, maka diharapkan asuransi kredit bisa lebih stabil mulai 2021 dan seterusnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper