Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri merevisi perkiraan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) 2021, dari awalnya -1,88 persen menjadi -1,06 persen dari PDB.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan angka CAD tersebut masih mengalami pelebaran dari tahun lalu yang mencapai -0,41 persen dari PDB.
“Alasan revisi tersebut adalah kinerja ekspor yang lebih solid dari yang diperkirakan, berkat kenaikan harga komoditas dan percepatan pemulihan ekonomi global yang didorong oleh AS dan China yang merupakan tujuan ekspor utama Indonesia,” katanya, Rabu (7/7/2021).
Meski demikian, dia memperkirakan neraca keuangan berpotensi mencatat surplus yang lebih tinggi, didorong oleh aliran modal asing ke pasar keuangan domestik yang meningkat dari tahun lalu.
Di samping itu, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) juga diperkirakan meningkat sejalan dengan implementasi UU Cipta Kerja dan pembentukan Indonesia Investment Authority/INA).
Adapun hingga semester I/2021 aliran modal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham mencapai US$1,43 miliar. Kementerian Investasi juga mencatat aliran FDI yang masih pada kuartal I/2021 mencapai US$7,56 miliar.
Baca Juga
Namun di sisi lain, masih terdapat risiko yang dapat menghambat masuknya aliran modal asing, salah satunya adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi di Amerika Serikat dan rencana tapering off oleh the Fed, bank sentral di negara tersebut, serta lonjakan kasus harian Covid-19.
Faisal memperkirakan neraca pembayaran (balance of payment/BoP) akan mengalami surplus yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
“Kami masih melihat Indonesia berpotensi mencatat surplus BoP sekitar US$5-7 miliar pada 2021, dibandingkan surplus US$2,6 miliar pada 2020,” jelasnya.
Cadangan devisa pun diperkirakan mencapai US$140 hingga US$142 miliar pada tahun ini, sementara nilai tukar rupiah diperkirakan akan mencapai level Rp14.177 per dolar Amerika Serikat.
Pada Juni 2021, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai US$137,1 miliar, lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2021 sebesar US$136,4 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.