Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Pinjaman Lesu, Serapan Insentif Penjaminan Kredit pun Belum Optimal

Realisasi dukungan UMKM dan korporasi dalam program PEN 2021 hingga paruh pertama tahun ini masih sangat rendah, yakni Rp51,27 triliun atau 29,9 persen dari pagu Rp171,77 triliun.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penyerapan insentif penjaminan kredit diperkirakan tidak akan penuh lantaran kinerja kredit yang belum kuat.

Adapun, realisasi dukungan UMKM dan korporasi dalam program PEN 2021 hingga paruh pertama tahun ini masih sangat rendah, yakni Rp51,27 triliun atau 29,9 persen dari pagu Rp171,77 triliun.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai dengan program penjaminan kredit korporasi akan mengikuti pertumbuhan kredit korporasi itu sendiri.

Di saat kondisi seperti saat ini di tengah pandemi, kredit korporasi melemah juga akan diikuti penurunan jumlah penjaminan kredit.

"Kalau melihat semester pertama baru 30 persen, agak berat ya untuk terserap 100 persen. Perkiraan hanya sekitar 60 persen sampai 70 persen," katanya kepada Bisnis, Kamis (22/7/2021).

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listianto menambahkan kredit UMKM juga masih belum akan meningkat dengan insentif penjaminan kredit tahun ini.

Dia menyampaikan, UMKM di Indonesia sebagian besar bergerak di sektor-sektor yang memerlukan mobilitas dan interaksi seperti sektor perdagangan, wisata.

Jadi, tingkat penyerapan insentif penjaminan kredit masih sangat bergantung pada naik-turunnya sektor yang menjadi tumpuan UMKM.

"Dengan belum terkendalinya kasus Covid-19, maka sebagian besar UMKM belum bisa ekspansi dan meminta kredit lebih banyak lagi ke lembaga keuangan formal. Meskipun ada penjaminan kredit, tetapi jika aktifitas ekonomi masyarakat belum pulih sehingga permintaan produk UMKM belum akan naik signifikan," sebutnya.

Eko melanjutkan aspek lainnya daya beli masyarakat semakin terpukul akibat pandemi yang tak kunjung usai. Masyarakat mengalihkan ke pembelian barang-barang esensial saja.

"Oleh karena itu, UMKM perlu juga mulai mencari peluang usaha yg memang masih banyak laba di saat pandemi. Jika sektor yang digeluti UMKM tersebut merupakan sektor yang tahan pandemi, terlebih ada penjaminan kredit, maka kemungkinan bank juga tidak banyak pertimbangan untuk mengucurkan kredit," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper