Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memandang transaksi local currency settlement memiliki peluang pertumbuhan yang besar.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan menyampaikan perdagangan Indonesia Malaysia per 2019 tercatat $16,58 miliar dengan penggunaan LCS baru $600 juta. Perdagangan Indonesia Thailand per 2019 tercatat $15,69 miliar dengan penggunaan LCS baru $160 juta.
Perdagangan Indonesia Jepang per 2019 tercatat $31,66 miliar dengan penggunaan LCS masih sangat sedikit sekali.
"Jika melihat posisi tersebut, kami melihat ruang pertumbuhan transaksi LCS ini besar sekali. Bagaimana pun, transaksi ini akan lebih menguntungkan nasabah eksportir importir, remitansi, dan investor," sebutnya dalam webinar LPPI, Kamis (5/8/2021).
Dia menuturkan Bank Indonesia juga memberi banyak insentif untuk mendorong transaksi LCS lebih marak lagi ke depan dengan tujuan stabilisasi nilai tukar rupiah di global.
"Kami pun sebagai perbankan masih bisa menggunakan jurus marketing dan sosialisasi. Kami juga bisa memberikan banyak pemanis kepada para nasabah," katanya.
Adapun, Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) pada hari ini, Senin (2/8/2021) menyepakati penguatan kerangka penyelesaian transaksi menggunakan Rupiah-Ringgit (Local Currency Settlement/LCS[1]) antara kedua negara yang telah diimplementasikan sejak 2 Januari 2018.
Penguatan kerangka kerja sama LCS yang semula hanya mencakup transaksi perdagangan kini diperluas mencakup underlying transaksi LCS dengan menambahkan investasi langsung dan income transfer (termasuk remitansi).
Selain itu, penguatan kerja sama LCS antara BI dan BNM tersebut juga meliputi pelonggaran aturan transaksi valas antara lain terkait perluasan instrumen lindung nilai dan peningkatan threshold nilai transaksi tanpa dokumen underlying sampai dengan US$200.000 per transaksi. Penguatan kerangka LCS dalam Rupiah-Ringgit mulai berlaku efektif sejak 2 Agustus 2021.