Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi, Masyarakat Banyak Pinjam Duit di P2P Lending karena Lebih Mudah Cair

Per Juni 2021, modal ventura dan fintech lending mencatatkan pertumbuhan masing-masing 17,6 persen dan 98,68 persen year-on-year (yoy).
Ilustrasi solusi teknologi finansial/flickr
Ilustrasi solusi teknologi finansial/flickr

Bisnis.com, JAKARTA – Di masa pandemi Covid-19, masyarakat lebih memilih meminjam uang di sejumlah fintech P2P lending atau yang lebih dikenal sebagai pinjaman online demi memenuhi kebutuhan dibandingkan melakukan pengajuan kredit di bank. Lantaran fintech lending memberikan syarat dan pencairan yang lebih mudah.

Pasalnya, pandemi Covid-19 membuat penghasilan masyarakat menurun dan mengharuskan mereka untuk mencari jalan alternatif demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari.

Bank Indonesia melaporkan bahwa masyarakat lebih meminati alternatif pembiayaan, seperti fintech lending serta penyertaan pembiayaan pada bisnis yang terhubung dengan digital, seperti modal ventura pada bisnis e-commerce, fintech, edutech, dan healthtech.

Dalam laporannya, per Juni 2021, modal ventura dan fintech lending mencatatkan pertumbuhan masing-masing 17,6 persen dan 98,68 persen year-on-year (yoy).

Meskipun mengalami pertumbuhan yang signifikan, pangsa pembiayaan dari fintech masih sangat kecil, yakni sekitar 4 persen dari pembiayaan IKNB atau hanya 0,42 persen dari total pembiayaan perbankan pada Juni 2021.

Sementara, pembiayaan modal ventura mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan adanya potensi di bisnis e-commerce, fintech, edutech, dan healthtech sejalan percepatan digital akibat pandemi. Bahkan, peningkatan penyertaan modal ventura diperkirakan tumbuh positif hingga akhir tahun.

Di sisi lain, walaupun masih mengalami penurunan penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terlihat mulai mencatatkan perbaikan.

Berbeda dengan pembiayaan Pegadaian, koperasi ini terus menurun akibat arus kas (cash flow) nasabah yang semakin berkurang dan menyebabkan nasabah cenderung tidak menebus barang jaminannya, di mana emas merupakan salah satu komoditas yang paling banyak dijadikan barang jaminan.

“Harga emas yang relatif stagnan di 2021, berbeda dengan kondisi di 2020 yang mengalami peningkatan cukup signifikan, juga menyebabkan turunnya pembiayaan yang disalurkan pegadaian,” demikian laporan Bank Indonesia dalam Kajian Stabilitas Keuangan seperti dikutip pada Selasa (5/10/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper