Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Rights Issue Perbankan Diproyeksi Masih Semarak di 2022

Tren penggalangan dana perbankan melalui mekanisme rights issue diperkirakan bakal berlanjut hingga 2022, seiring dengan rencana ekspansi perbankan dalam mempertebal modal dan mempercepat ekosistem digital.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Tren penggalangan dana perbankan melalui mekanisme rights issue diperkirakan bakal berlanjut hingga 2022. Hal ini seiring dengan rencana ekspansi perbankan dalam mempertebal modal dan mempercepat ekosistem digital.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin mengatakan tren penggalangan dana perbankan akan terus berlanjut hingga tahun depan, seturut dengan membaiknya kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

“Mulai membaiknya situasi pandemi saat ini, bank akan ekspansi lebih sampai akhir tahun ini dan tahun depan. Kebutuhan dana untuk aktivitas ini cukup banyak dan tren ini akan terus berlanjut di 2022,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/10/2021).

Sementara itu, terkait dengan pilihan penggalangan dana melalui rights issue, Amin mengatakan bahwa pilihan tersebut lebih moderat secara risiko dan memiliki hasil yang cukup baik, apabila dibandingkan dengan obligasi atau pinjaman luar negeri.

“Jadi, kalo melihat tren seperti ini, [rights issue] juga akan terus berlanjut sampai dengan 2022,” tutur Amin.

Hingga awal Oktober 2021, emiten bank dominan menggelar aksi korporasi terutama melalui penawaran umum terbatas (PUT) atau rights issue. Setidaknya, ada sembilan emiten yang merealisasikan rights issue dengan nilai emisi di atas Rp124 triliun.

Selain itu, masih ada sekitar enam emiten bank lagi yang telah mengumumkan rencana rights issue hingga akhir tahun ini dan melanjutkannya pada 2022.

Aksi rights issue bernilai jumbo sebelumnya telah rampung dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pada September 2021. Total, saham yang terserap memiliki nilai mencapai Rp95,9 triliun dan terjadi oversubscribed 1,53 persen.

Aksi yang dilakukan emiten bank dengan sandi BBRI itu merupakan bagian dari pembentukan holding ultramikro yang melibatkan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Direktur Utama Bank BRI Sunarso menyatakan suntikan dana tersebut untuk mendukung pertumbuhan baru bagi pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sekaligus meningkatkan penetrasi keuangan.

Sementara itu, aksi rights issue juga disemarakkan oleh bank-bank mini. PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA), misalnya, akan menambah modal dengan perkiraan harga pelaksanaan berkisar Rp4.200 hingga Rp4.380 per saham.

Dengan asumsi jumlah saham diterbitkan sebanyak-banyaknya adalah 282,71 juta lembar, perseroan berpotensi menghimpun dana segar sekitar Rp1,18 triliun hingga Rp1,23 triliun.

Direktur utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan selain untuk memenuhi ketentuan regulator, aksi korporasi tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan pengembangan infrastruktur digital dan sumber daya manusia.

Dia pun menyatakan bakal melanjutkan rights issue pada 2022. “Yang pasti, tahun depan kami akan rights issue kembali untuk memenuhi ketentuan dari OJK dengan tambahan modal Rp1 triliun,” kata Daniel.

Sejak akhir 2020 hingga pertengahan tahun ini, bank-bank mini lain seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO), dan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP), dan juga telah menggelar aksi korporasi serupa.

PT Bank Neo Commerce Tbk. juga tidak mau ketinggalan. Emiten bank dengan sandi BBYB ini tengah melakukan rights issue dengan menerbitkan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) V. Dari aksi korporasi ini, BBYB membidik dana Rp2,5 triliun.

Sebelumnya pada Juni lalu, perseroan juga menggalang modal melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. BBYB menawarkan 832,7 juta lembar saham dengan nilai Rp 300 per saham.

Dari aksi korporasi ini, perseroan memperoleh dana sebesar Rp 249,82 miliar. Dana itu seluruhnya digunakan untuk modal kerja pengembangan usaha perseroan berupa investasi teknologi dan penyaluran kredit serta kegiatan operasional perbankan lainnya.

Sementara itu, nama lain seperti PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) seolah tak mau ketinggalan dan telah mengumumkan rencana serupa kendati belum merilis prospektus final.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper