Bisnis.com, JAKARTA – Bank umum di Indonesia tercatat mengalami kerugian riil sebesar Rp246,5 miliar akibat serangan siber yang melanda industri perbankan sepanjang semester I/2021.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Teguh Supangkat, mengatakan berdasarkan laporan Strategi Anti Fraud, kerugian riil yang dialami Bank Umum sepanjang enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp246,5 miliar dengan potential loss Rp208,4 miliar, sementara nilai pemulihan Rp302,5 miliar.
Adapun kerugian riil yang dialami pihak lain sebesar Rp9,1 miliar dan potential loss mencapai Rp3,8 miliar, nilai recovery Rp3,8 miliar. Selama periode itu, ada 7.087 laporan kejadian fraud dengan siber dengan 45 persen kejadian dilaporkan pada semester II/2020.
Dari jumlah tersebut, mayoritas kejadian fraud dengan menggunakan siber sebanyak 71,6 persen dilaporkan terjadi pada bank umum milik pemerintah, disusul oleh bank swasta sebanyak 28 persen, dan bank asing 0,3 persen.
Selain itu, terdapat 47,48 persen dari total kasus fraud dengan penggunaan siber yang masuk ke dalam tindakan lain, seperti skimming dan social engineering.
“Oleh karena itu, dengan adanya transformasi digital, mau tidak mau kita juga harus menyiapkan manajemen risiko terkait dengan siber tersebut,” kata Teguh dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/10/2021).
Baca Juga
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat jumlah serangan siber yang terjadi sepanjang Januari hingga Juli 2021 mencapai 741,4 juta serangan. Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan 2020, yakni 495,3 juta serangan.
Oleh sebab itu, OJK merilis Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional agar lebih memiliki daya tahan, berdaya saing, dan kontributif.
Cetak biru tersebut berfokus pada lima elemen pengembangan digitalisasi perbankan. Pertama, mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data. Kedua, melingkungi tata kelola teknologi informasi (TI), arsitektur teknologi dan prinsip adopsi TI.
Ketiga terkait manajemen risiko TI yang mencakup keamanan siber bank umum dan alih daya. Keempat, kolaborasi platform sharing, kerja sama bank dalam ekosistem digital, dan terakhir, bertalian dengan tatanan institusi yang mencakup kepemimpinan hingga budaya.
Direktur Utama PT Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Taswin Zakaria menyatakan salah satu kunci untuk memenangi persaingan di era digital bank adalah memupuk kepercayaan dari nasabah, salah satunya melalui keamanan data.
Menurutnya, medan kompetisi ke depan akan ditentukan oleh customer experience dan kepercayaan. “Tanpa kepercayaan, tiap-tiap bank tidak akan mampu bertahan,” ujarnya.