Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI menginginkan perseroan menjadi top 5 aset di Indonesia. Tak hanya menjadi deretan 5 besar aset di Indonesia, BSI juga ingin menjadi top 10 market cap di global bank syariah.
“Setelah proses konsolidasi menjadi satu sistem, maka energi bank ini 100 persen Insya Allah akan ditujukan untuk pencapaian visi dan misi BSI, yaitu top 5 asset di Indonesia dan Insya Allah menjadi top 10 market cap global shariah bank,” kata Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, dalam konferensi pers virtual, Senin (1/11/2021).
Untuk mencapai visi tersebut, BSI memiliki 3 parameter utama yang akan menjadi fokus perseroan. Pertama, menaikkan jumlah nasabah 30-40 juta nasabah pada 2025.
BSI menginginkan terjadinya peningkatan nasabah dalam kurun waktu 4-5 tahun ke depan. Untuk saat ini, BSI berhasil mendapatkan 15 juta nasabah.
Kedua, kinerja profitabilitas. BSI berharap bisa berkontribusi positif lebih baik lagi kepada pemegang saham dengan meningkatkan return on equity (ROE), yang semula 14 persen menjadi 18 persen.
Ketiga, meningkatkan sisi volume. BSI menginginkan menjadi top five asset di Indonesia dengan memiliki aset lebih dari Rp500 triliun pada 2025. Untuk saat ini, BSI memiliki Rp250 triliun aset.
Baca Juga
Untuk tercapainya hal tersebut, BSI akan memfokuskan ke lima hal. Pertama, distribution of the future.
“Jadi, bank ini akan fokus menata kembali jaringan. Bukan hanya memindahkan, mengurangi, tapi juga akan merubah beberapa pola operasional cabang, sehingga bank memiliki efisiensi yang baik,” jelas Cahyo.
Kedua, rencana digital banking. Pelayanan untuk nasabah tidak hanya lagi melalui cabang, melainkan melalui digital.
Ketiga, wholesale dan retail banking. Cahyo mengatakan, bisnis ini merupakan bisnis utama dari BSI. Maka dari itu, perseroan akan memperbaiki secara proses, pelayanan, harga. Dengan begitu, nasabah mendapatkan pengalaman terbaik.
Keempat, fokus ke Islamic ecosystem secara masif dan agresif. Dengan adanya fokus ini, perseroan berharap bisa menjadi pembeda antara Bank Syariah Indonesia dengan bank tradisional atau konvensional lainnya.
“Kami rasa inilah mengapa BSI perlu hadir di Indonesia. Tentunya untuk menggarap ekosistem, khususnya ekosistem syariah yang ditujukan untuk bagaimana BSI bisa melayani umat lebih baik,” ujarnya.
Kelima, sinergi dengan non-organik. BSI menyadari bahwa perseroan memerlukan sinergi melalui pertumbuhan non-organik.
“Tidak hanya melalui jaringan cabang kami, melainkan juga bersinergi dengan usaha syariah lain sehingga industri keuangan secara syariah akan tumbuh menjadi lebih besar lagi,” ungkapnya.