Bisnis.com, JAKARTA - Harapan Presiden RI Joko Widodo terhadap bank syariah pelat merah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI soal pembiayaan UMKM tampak telah sesuai ekspektasi.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan bahwa terkini kontribusi pembiayaan syariah BSI telah masuk ke seluruh sektor utama perekonomian di tengah berbagai tantangan selama pandemi Covid-19.
"Termasuk juga untuk program pemulihan ekonomi nasional, baik untuk program pembiayaan bersubsidi, bantuan sosial, termasuk pembiayaan UMKM yang sekarang rasionya mendekati 23 persen dari total pembiayaan BSI," ujarnya dalam diskusi virtual Sharia Economic Outlook bersama CORE Indonesia, Rabu (15/12/2021).
Pembiayaan UMKM oleh BSI kini telah mencapai Rp37,33 triliun atau mengambil porsi 22,9 persen dari total pembiayaan BSI per September 2021. Sementara itu, khusus penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp7,48 triliun atau sekitar seperlima dari total pembiayaan UMKM.
Adapun, penyaluran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tahap I dan tahap II dengan penempatan dana masing-masing Rp3 triliun, BSI telah melakukan leverage untuk tahap I sehingga bisa mencapai Rp8,6 triliun (2,8 kali) kepada 63.458 debitur, sementara tahap II mencapai Rp4,5 triliun (1,5 kali) kepada 36.326 debitur.
Sementara realisasi pembiayaan BSI ke tiap sektor terdiri dari perdagangan besar dan eceran Rp14,72 triliun; konstruksi Rp13,74 triliun; industri pengolahan Rp9,75 triliun; pertanian, perkebunan, dan kehutanan Rp8,62 triliun; transportasi, pergudangan, dan komunikasi Rp4,64 triliun; sektor riil lainnya Rp26,23 triliun.
Baca Juga
"BSI pada tahun ini juga mengembangkan beberapa program kemitraan untuk pengembangan dan pembiayaan UMKM. Antara lain, dengan platform digital untuk UMKM go digital Shopee, peternak ikan ekosistem e-Fishery, serta mendukung pelaku usaha BBM ritel atau eceran seperti Pertashop dan Indostation," tambahnya.
Banjaran memproyeksi bahwa pada 2022 penyaluran pembiayaan BSI akan meningkat 7,25 persen, melanjutkan estimasi pertumbuhan 5,03 persen pada tahun ini. Didorong pemulihan permintaan di sektor ritel, pemulihan industri manufaktur, dan dorongan ke industri halal di dua sektor utama, yaitu halal food dan halal cosmetics.
Terlebih, likuiditas BSI lewat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tengah didorong oleh meningkatnya awareness masyarakat terhadap halal lifestyle, pengembangan BSI Mobile, imbauan beberapa BUMN untuk menggunakan payroll melalui perbankan syariah, serta memperkuat sinergi dengan stakeholder ekonomi syariah mulai dari masjid sampai pesantren.
Sekadar informasi, Jokowi dalam acara Kongres Ekonomi Umat ke-2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu berharap besar kepada BSI sebagai perbankan yang masuk 8 besar dengan kekuatan kapital kuat untuk mampu memperbesar porsinya terhadap kredit UMKM.
Pasalnya, Jokowi sedih melihat porsi pembiayaan UMKM di tiap bank hanya mampu mentok di 20 persen, tidak bisa dipaksa lebih untuk mencapai 30 persen dengan alasan perbankan melakukan penyaluran dengan prudent dan berhati-hati.
"InsyaAllah nanti dengan Bank Syariah Indonesia, BSI, dari [pelaku usaha] yang gede, yang kecil, tengah, semua bisa dilayani oleh BSI. Terutama berkaitan dengan industri halal, pariwisata halal, yang berkaitan dengan produk-produk halal, yang kalau kita lihat pangsanya sangat besar sekali, ini harus bisa dilayani oleh sebuah bank yang sudah gede," ungkapnya.