Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) mencatat kontribusi bruto industri asuransi syariah tumbuh 41,32 persen year-on-year (yoy) sampai dengan kuartal III/2021.
Berdasarkan data yang dipaparkan Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman, industri asuransi syariah membukukan kontribusi bruto senilai Rp16,89 triliun per September 2021 atau tumbuh 41,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, senilai Rp11,95 triliun.
Aset industri asuransi syariah juga tercatat meningkat 6,1 persen yoy, dari Rp41,16 triliun per September 2020 menjadi Rp43,68 triliun per September 2021.
Erwin menuturkan, pertumbuhan kinerja industri asuransi syariah tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan asuransi jiwa syariah.
"Asuransi jiwa di asuransi syariah masih mendominasi dengan porsi hampir 80 persen, lalu asuransi umum, dan terakhir reasuransi. Dari sini, karena asuransi jiwa syariah mengalami pertumbuhan signifikan, sehingga secara keseluruhan industri asuransi syariah mengalami pertumbuhan," ujar Erwin dalam webinar Insurance Outlook 2022, Selasa (21/12/2021).
Di sisi lain, kata Erwin, terjadi perbaikan hasil investasi industri asuransi syariah yang tercatat mencapai Rp13 miliar per September 2021. Jumlah tersebut naik 100,7 persen dibandingkan per September 2020 yang mencatatkan hasil investasi minus Rp1,9 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, industri asuransi syariah mencatatkan rasio klaim dana tabarru hingga 164,19 persen. Menurut Erwin, tingginya rasio klaim tersebut belum dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
"Rasio klaim dana tabarru belum mengkhawatirkan, kami belum lihat laporan OJK atau laporan publikasi keuangan perusahaan, belum diperlukan qardh atau tambahan untuk membayarkan klaim," katanya.