Bisnis.com, JAKARTA — Upaya Kementerian Badan Usaha Milik Negara melakukan transformasi bisnis inti sejumlah BUMN termasuk Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), dinilai oleh sejumlah pengamat ekonomi mulai membuahkan hasil.
Hal tersebut bisa dilihat dari kinerja bank BUMN, seperti: Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN, yang mampu mencatat peningkatan pendapatan dan laba ditengah pandemi Covid-19.
Ekonom dari Lembaga Riset Sigmaphi dan Universitas Indonesia (UI) Telisa Falianty mengatakan bahwa pertumbuhan kinerja bank pelat merah, memang tak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah yang melakukan transformasi bisnis bank Himbara.
"Bank-bank BUMN memang diarahkan untuk melakukan spesialisasi pada segmen bisnis tertentu agar profitnya optimal," kata Telisa seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/2/2022).
Menurutnya, transformasi tersebut memperjelas model bisnis bank Himbara. Contohnya, Bank Mandiri didorong untuk lebih fokus pada pembiayaan korporasi dan wholesale.
Lalu, BRI lebih difokuskan menggarap segmen bisnis pembiayaan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). BNI fokus menyasar ke bisnis internasional dan BTN difokuskan pada pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Baca Juga
Tak hanya transformasi bisnis, Himbara juga didorong melakukan digitalisasi bisnis. Menurut Telisa, dalam kondisi pandemi, sektor perbankan masih bisa berjalan karena ditopang oleh digitalisasi.
"Tren digitalisasi adalah keniscayaan. Bank BUMN sudah tepat berinvestasi menjadi digital banking. Hal itu sesuai dengan tren di dunia saat ini dan tuntutan di era new normal."
Pada 2021, bank-bank yang tergabung di dalam Himbara berhasil mencetak laba bersih (konsolidasian) sebesar Rp72,37 triliun.
Jika dibandingkan secara tahunan, pencapaian laba bersih bank-bank Himbara tersebut mengalami kenaikan sebesar 78% dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp40,66 triliun. Laba bersih Himbara pada 2020 itu, anjlok lebih dari 47% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp77,45 triliun, setelah pandemi Covid-19 merebak di negeri ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengeklaim bahwa birunya rapor kinerja bank pelat merah pada 2021, merupakan buah dari hasil transformasi yang dilakukan kementeriannya terhadap segmen bisnis bank pelat merah.
Menurutnya, meski diadang pandemi Covid-19, kinerja bank Himbara masih bisa ditingkatkan.
"Meski menghadapi disrupsi akibat pandemi, kinerja keuangan, operasional, dan sosial yang dilakukan dapat meningkat dengan pesat," kata Erick melalui keterangannya, Senin (21/2/2022).
Pendapat senada diungkapkan Teuku Riefky, Ekonom LPEM UI. Menurutnya, kinerja bank BUMN pada 2021, terbantu oleh adanya layanan digital banking. Hal ini terutama ketika masyarakat lebih memilih melakukan transaksi perbankan tanpa tatap muka di tengah melonjaknya kasus Covid-19 pada tahun pertama dan tahun kedua pandemi.
Riefky menuturkan bahwa digitalisasi perbankan memang perlu dilakukan bank Himbara untuk menjaga daya saing bisnis.
Alasannya, digitalisasi perbankan memberikan kemudahan jauh lebih besar kepada nasabah. Kanal digital (internet) mudah diakses nasabah karena menjangkau seluruh pelosok daerah di Nusantara. Lewat kanal digital, nasabah tak perlu lagi datang ke bank untuk melakukan transaksi perbankan.
Selain itu, biaya operasional digital banking juga jauh lebih efisien dibandingkan dengan pola konvensional. Efisiensi ini membuat beban bank menjadi berkurang. "Jadi, jika bank BUMN tidak melakukan transformasi bisnis secara digital, ke depannya mereka sangat mungkin kalah saing dengan bank swasta yang sudah banyak menerapkan sistem digitalisasi," papar Riefky.
Sementara itu, Ekonom dari Celios Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa transformasi digital memang menjadi salah satu faktor pendorong kinerja perbankan, terutama dalam meningkatkan profit.
"Pada tahap awal, digitalisasi perbankan memang butuh modal investasi besar. Tapi, ke depan, ketika model bisnisnya sudah teruji dan mendapatkan respons positif dari nasabah, maka digitalisasi ini juga akan meningkatkan profitabilitas bagi Bank dalam jangka panjang,” katanya.