Bisnis.com, JAKARTA – Kolaborasi antara PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dengan super aplikasi, GoTo, dinilai belum optimal. Pencapaian Bank Jago pada 2021 memperlihatkan kondisi tersebut.
CGS Cimb, perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas, menyebutkan dalam laporannya bahwa sinergi Bank Jago dengan GoTo berjalan lebih lambat dari yang mereka perkiraan di awal.
Aplikasi Jago yang telah terhubung ke Gojek sejak kuartal III/2021, memungkinkan pengguna Jago untuk menghubungkan kantong belanja aplikasi Gojek sebagai salah satu metode pembayaran mereka.
Adapun opsi metode pembayaran di Gojek meliputi: tunai, GoPayLater, GoPay, Jago, LinkAja, kartu kredit atau debit. Namun, berdasarkan catatan CGS Cimb, pengguna menikmati cashback tertinggi jika mereka menggunakan GoPayLater dan/atau GoPay dibandingkan dengan cashback Bank Jago yang jauh lebih rendah.
“Dengan demikian, dalam pertemuan analis, manajemen menyampaikan bahwa kontribusi dari mitranya, termasuk GoTo, masih relatif rendah. Meskipun ini bisa menjadi katalis berikutnya (integrasi yang lebih baik dengan GoTo)” tulis CGS dalam laporannya dikutip, Senin (14/3).
Sekadar informasi, pada Desember 2020, Gojek melalui anak usahanya PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) menjadi salah satu pemegang saham Bank Jago. Gojek memiliki sekitar 22,16 persen saham Bank jago, dengan mengantongi 2,4 miliar saham Bank Jago. Gojek sempat membeli 1,95 miliar saham Bank Jago dengan nilai Rp1.150 per saham. Secara total nilai transaksi pembelian saham mencapai Rp 2,25 triliun.
Baca Juga
Lebih lanjut, dalam laporan yang ditulis oleh CFA CGS Cimb Yulinda Hartanto, diperkirakan juga return on equity (ROE) Bank Jago pada 2022 lebih rendah dari 2021, karena basis pajak yang tinggi.
CGS Cimb memperkirakan ROE full year Bank Jago mencapai 1,3 persen, turun dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 1,8 persen. Bank Jago mencatat pendapatan pajak sebesar Rp77 miliar pada kuartal IV/2021. Adapun untuk ROE 2022 sebelum pajak, diprediksi meningkat menjadi 1,1 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 0,2 persen.
Lebih lanjut, CGS Cimb menilai persaingan bank digital Indonesia pada tahun ini akan makin kompetitif karena jumlah bank digital tidak dibatasi oleh regulator. Alhasil, saat ini ada lebih dari 10 bank yang berencana menjadi atau telah menjadi bank digital; tetapi hanya sedikit yang benar-benar meluncurkan aplikasi mereka.
GS Cimb menyebut terdapat 4 pionir teratas dalam bank digital di Indonesia yaitu Bank Jago, Bank Neo Commerce, Seabank dan Blu by BCA Digital Bank.
“Kami telah melacak hasil keuangan dan operasional keempat bank ini, dan Seabank menonjol dalam hal pencapaian PPOP, di mana PPOP Januari 2022 mencapai Rp77 miliar atau dua kali lipat dari Bank Jago Rp32 miliar,” tulis CGS Cimb.
Kemudian, pertumbuhan pencairan pinjaman Seabank juga lebih agresif dengan rata-rata lebih dari Rp1 triliun per bulan, sementara Bank Jago sekitar Rp500 miliar per bulan.
Diketahui, Bank Jago telah merilis kinerja keuangan sepanjang 2021 pada akhir pekan lalu. Bank Jago berhasil mencetak laba bersih setelah pajak sebesar Rp86 miliar pada 2021, sekaligus mengakhiri rugi berkepanjangan yang dialami sejak 2015.