Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhiri Rugi Berkepanjangan, Bank Jago (ARTO) Cetak Laba Bersih Rp86 Miliar di 2021

Menurut Bank Jago, pencapaian laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid dan efisiensi biaya dengan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang rendah.
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jago Tbk. (ARTO) berhasil meraih laba bersih setelah pajak sebesar Rp86 miliar pada 2021.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menuturkan pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid dan efisiensi biaya dengan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang rendah.

"Pencapaian laba pada 2021 merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago. Dengan pondasi yang telah kami bangun dalam dua tahun ini, kami percaya pertumbuhan ke depan akan semakin solid dan cepat,” ujar Kharim, dalam siaran pers perusahaan, Jumat (10/3/2022).

Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Jago setidaknya mengalami rugi sejak 2015. Pada 2020, Bank Jago menutup tahun dengan kerugian Rp190 miliar, lebih rendah dari yang diperkirakan perseroan semula. Kerugian tersebut disebabkan biaya operasional yang meningkat akibat investasi teknologi.

Bank Jago juga melaporkan perolehan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp9 miliar pada 2021. Perolehan ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, serta struktur biaya dana yang membaik.

Lebih lanjut, penyaluran kredit Bank Jago mencapai sebesar Rp5,37 triliun pada 2021, atau meningkat 491 persen dari akhir 2020 sebesar Rp908 miliar.

“Kami berangkat dari baseline yang rendah sehingga persentase kenaikannya terlihat sangat tinggi,” ujar Kharim.

Namun, dia juga meyakini hal ini didorong oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital membuat penyaluran kredit lebih signifikan.

Kolaborasi membuat ekspansi bisa dilakukan secara cepat, efisien, dan pengelolaan risiko yang lebih terkendali.

Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang berada di level 0,6persen.

“Kolaborasi merupakan cara kami dalam melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah serta masyarakat luas dan ritel secara efektif dan cepat. Melalui pembiayaan ini, kami ingin berkontribusi dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi,” kata Kharim.

Selama 2021, Bank Jago telah berkolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending).

Kolaborasi tersebut juga melengkapi integrasi Bank Jago dengan super app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit.

Dari catatan perusahaan, pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga meningkat 624 persen menjadi Rp652 miliar.

Sementara itu, beban bunga terkerek 147 persen menjadi Rp63 miliar. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp590 miliar atau tumbuh 812 persen.

Kemudian, net interest margin (NIM) tercatat berada di angka 7,4 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7persen.

Tidak hanya pendapatan bunga bersih, Bank Jago juga meraih fee based income sebesar Rp56 miliar atau tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut Kharim, kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021.

Bank Jago juga mencatat jumlah nasabah funding mencapai 1,4 juta orang. Kemudian, total dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago pada akhir 2021 mencapai Rp3,68 triliun, meningkat 357 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Berkat aplikasi Jago, lanjut Kharim, dana murah atau current account savings account (CASA) yang dihimpun mencapai Rp1,68 triliun, meningkat 667 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, deposito meningkat 242 persen menjadi Rp2 triliun.

Pencapaian ini membuat porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 27,2 persen pada akhir 2020 menjadi 45,6 persen pada akhir 2021.

Sebaliknya, porsi deposito menyusut dari 72,8 persen pada akhir 2020 menjadi 54,4 persen pada akhir 2021.

“Peningkatan dana murah merupakan hasil dari penerimaan publik terhadap aplikasi Jago sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan,” ujar Kharim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper