Bisnis.com, JAKARTA — Akselerasi layanan digital yang ditawarkan Bank Pembangunan Daerah atau BPD tercatat memberikan kontribusi positif bagi kinerja perbankan. Alhasil, upaya penguatan ekosistem digital menjadi salah satu target yang bakal dibidik BPD pada 2022.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), misalnya, mampu meningkatan nilai nominal transaksi dari layanan digital banking, JConnect Mobile. Tahun lalu, nilai transaksi JConnect naik 62,1 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,70 triliun.
Selain itu, pengguna JConnect juga mengalami pertumbuhan sebesar 38,4 persen yoy atau dari 280.228 pada tahun 2020 menjadi 387.797 pengguna.
“Perkembangan positif ini semakin memantapkan kami untuk terus mengembangkan layanan digital banking JConnect,” ujar Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (16/3/2022).
Peningkatan kinerja JConnect juga selaras dengan pertumbuhan kinerja keuangan perseroan. Hingga Desember 2021, aset Bank Jatim mencapai Rp100,72 triliun atau tumbuh 20,45 persen yoy. Laba bersih juga naik 2,29 persen menjadi Rp1,52 triliun.
Pencapaian itu didukung oleh pertumbuhan beberapa variabel, seperti Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 21,52 persen yoy menjadi Rp83,20 triliun. Peningkatan ini sekaligus menunjukkan tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada perseroan.
Begitu pula dengan pertumbuhan pembiayaan Bank Jatim yang membukukan nilai penyaluran kredit sebesar Rp41,75 triliun atau meningkat 3,06 persen dibandingkan periode 2020.
Busrul Iman mengatakan bahwa berlandaskan capaian positif JConnect dan kinerja pada 2021, manajemen perseroan menetapkan 5 pilar strategi pertumbuhan sepanjang tahun ini.
Pertama, penguatan ekosistem digital untuk meningkatkan kinerja bisnis. Kedua, pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Ketiga adalah peningkatan pencapaian key performance indicator (KPI). Keempat meningkatkan struktur organisasi dalam bidang kualitas aset, dan kelima mendorong struktur organisasi terkait penghimpunan DPK dan penyaluran kredit.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), juga memperlihatkan akselerasi layanan digitalnya. Hal ini tercermin dari fee based income (FBI), yang utamanya bersumber dari layanan digital perseroan.
Direktur Bank BJB, Yuddy Renaldi, mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan bunga atau interest income perseroan pada tahun lalu naik 21,6 persen. Diikuti pertumbuhan FBI sebesar 36,9 persen, bersumber dari kanal digital Bank BJB yang juga tumbuh 42,4 persen yoy.
“Fee based income Bank BJB naik, bersumber dari digital channel yang tumbuh positif. Jumlah Merchant QRIS dan pengguna Mobile Apps terus meningkat,” pungkasnya.
Yuddy mengatakan bahwa perseroan akan terus mengembangkan pola perbankan secara hibrida karena melihat kebutuhan layanan daring dan luring telah menjadi kekuatan solid jika dijalankan secara bersamaan.
Pada saat bersamaan, Bank BJB turut membangun infrastruktur dan produk berbasis teknologi untuk menciptakan pengalaman perbankan laiknya perusahaan financial technology atau fintech. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan nasabah, khususnya kalangan milenial.
“Layanan offline kami optimalkan untuk segmen yang membutuhkan dan nyaman dengan layanan konvensional on counter, sedangkan layanan online terus kami kembangkan dan perkuat untuk menciptakan pengalaman yang berbeda bagi sebagian pangsa nasabah,” tuturnya.
Di sisi lain, Bank BJB juga telah bekerjasama dengan PT DCI Indonesia sebagai penyedia data center terbesar di Asia Tenggara untuk keamanan data dan juga keandalan jaringan. Selain itu, perseroan menggandeng Alibaba Cloud dalam meningkatkan kemampuan IT cyber security.
Perseroan juga merangkul Amazon Web Services untuk pengembangan kapasitas SDM digital melalui jasa advisory, sandboxing, serta capacity building. Bank BJB saat ini telah menyiapkan capital expenditure atau Capex hingga Rp500 miliar untuk memperkuat digitalisasi.