Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Panin Tbk. (PNBN) menyampaikan penurunan laba bersih (NPAT) pada 2021 disebabkan perusahaan fokus dalam menjaga kualitas kredit dengan meningkatkan pencadangan aktiva produktif.
Diketahui secara tahunan laba bersih Bank Panin anjlok 41,86 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp3,12 triliun pada 2020 menjadi Rp1,81 triliun pada 2021.
“Peningkatkan pencadangan aktiva produktif untuk mengantisipasi penurunan kualitas portofolio kredit Bank Panin dan kredit anak perusahaan,” kata Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo kepada Bisnis, Senin (28/3/2022).
Dia menambahkan kenaikan pencadangan aktiva produktif, tercermin pada peningkatan kerugian penilaian aset keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Bank Panin, nilai kerugian penilaian aset keuangan pada 2021 naik 95,52 persen dari Rp2,68 triliun pada 2020 menjadi Rp5,24 triliun. Pencadangan tersebut berhasil menjaga NPL perusahaan di level aman.
Pada 2021, Rasio NPL Gross Bank Panin cenderung naik, menjadi 3,54 persen, sedangkan NPL Net berhasil dijaga pada level 0,81 persen. Bank Panin melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, mengelola kredit-kredit yang direstrukturisasi agar kembali normal dan lancar, serta pertumbuhan kredit menjadi lancar.
Dia mengatakan dengan terpenuhinya kebutuhan pencadangan diharapkan biaya cadangan pada 2022 tidak sebesar 2021, sehingga laba bersih dapat lebih baik.
Adapun mengenai rencana pengembangan bisnis tahun ini, Herwidayatmo mengatakan perusahaan akan terus menyiapkan infrastruktur baru untuk mendukung rencana bisnis perusahaan. Penambahan infrastruktur baru, termasuk untuk digital, disesuaikan dengan kekuatan perusahaan.
“[Rencana tahun ini] Tetap fokus pada upaya pencapaian rencana bisnis yang ada, sesuai dengan kekuatan yang ada, serta termasuk penyiapan infrastruktur baru yang dibutuhkan,” kata Herwidayatmo.
Perseroan, kata Herwidayatmo merencanakan melakukan investasi pengembangan IT lebih kurang Rp400 milyar pada 2022.