Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI mencatat sepanjang Februari 2022 kredit terdampak Covid-19 mencapai Rp67 Triliun.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjabarkan dari jumlah tersebut kredit yang disalurkan kepada segmen wholesale sebesar Rp32 triliun dan ritel senilai Rp35 triliun.
Rudi mengatakan sejalan dengan ekonomi yang telah mengalami perbaikan, tren outstanding tersebut terus mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2021.
“Pemberian restrukturisasi tersebut merupakan bentuk komitmen Bank Mandiri dalam mendukung kebijakan pemerintah dan regulator, khususnya terkait Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,” kata Rudi kepada Bisnis, Rabu (6/4/2022).
Rudi mengatakan perseoran akan terus melakukan pemantauan secara ketat terkait penyaluran kredit kepada debitur terdampak Covid-19.
Sebelumnya, dapat rapat dengar pendapat di DPR RI, Direktur Utama Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan loan at risk (LAR) secara bank only berada di level 17,75 persen pada 2022, turun cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi saat 2020 yang saat itu berada di level 22,3 persen.
Lebih lanjut, dari sisi portfolio restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bank Mandiri juga telah turun menjadi Rp 69,7 triliun pada Desember 2021.
Sementara itu berdasarkan standar akuntansi IFRS, kata Darmawan, yang termasuk high risk sekitar 11 persen. Kemudian sebesar 3 persen dari total kredit restrukturisasi Covid-19 sudah tidak dapat bisa bangkit lagi dan akan masuk ke NPL. Jika dihitung kembali maka 3 persen tersebut setara dengan Rp2,09 triliun