Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan suku bunga acuan the Fed atau Fed Funds Rate akan mengalami kenaikan sebanyak tujuh kali pada tahun ini.
Kenaikan tersebut merespons kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang terus melonjak tinggi, bahkan mencapai 8,5 persen pada Maret 2022.
Lonjakan inflasi juga sebagai dampak dari kenaikan harga energi akibat tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.
Dengan kondisi ini, BI bahkan memperkirakan kenaikan FFR bisa lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
“Kami perkirakan FFR akan naik tujuh kali, bahkan kami juga menakar kemungkinan-kemungkinan kenaikan FFR lebih tinggi lagi,” katanya dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).
Perry mengatakan, kenaikan FFR pun telah mendorong kenaikan hingga ke level yang tinggi sehingga terjadi penyesuaian pula pada tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
Baca Juga
Meski demikian, imbuhnya, KSSK sudah melakukan berbagai langkah dan akan terus mengantisipasi dampak dari kenaikan FFR tersebut untuk memastikan stabilitas eksternal Indonesia dan sistem keuangan tetap terjaga.
Di tengah kondisi ini, kata dia, nilai tukar rupiah masih terkendali dan terjaga stabil, bahkan mencatatkan depresiasi yang lebih kecil dibandingkan negara lainnya.
“Positifnya, dukungan positif bagi nilai tukar cukup kuat karena kondisi neraca dagang dan transaksi berjalan cukup bagus, bahkan surplus cukup besar, sehingga pasokan valas di dalam negeri lebih dari cukup dan mendukung nilai tukar stabil,” kata dia.