Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Utama Finance (MUF) masih optimistis bahwa tren moncernya kinerja tahun lalu masih bisa bertahan pada tahun ini.
Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja sebelumnya mengakui tantangan terbesar saat ini, yaitu potensi lesunya kredit otomotif akibat tekanan inflasi dan tren pelemahan daya beli masyarakat setelah Lebaran.
Akan tetapi, seiring dengan pengalaman MUF selama dua tahun belakangan menghadapi tantangan pandemi Covid-19, Stanley masih meyakini bahwa 2022 terbilang lebih mudah untuk bertumbuh.
"Sampai saat ini keyakinan kami masih 100 persen dari target, baik dari volume pembiayaan, maupun profitabilitas. Semangat bertambah setelah melihat kinerja tahun lalu. Terlebih, selama pandemi lalu, MUF sama sekali tidak mengurangi pegawai, bahkan memotong gaji pun tidak. Jadi kami yakin tahun ini tim lebih siap," ujarnya ketika ditemui Bisnis beberapa waktu lalu, Senin (25/4/2022).
Sebagai informasi, sampai Maret 2022 alias sepanjang kuartal I/2022, MUF sudah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp3,7 triliun. Target sepanjang tahun ini dipatok tumbuh 5-6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari tahun lalu, berada di kisaran Rp12,3 triliun.
Sebagai perbandingan, akumulasi penyaluran pembiayaan MUF sepanjang tahun lalu tumbuh begitu pesat hingga 97 persen (yoy) dari tahun sebelumnya, tepatnya dari Rp5,8 triliun pada 2020 menjadi Rp11,6 triliun pada tutup buku 2021.
Berdasarkan laporan keuangan MUF yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia, kinerja ini membuat piutang pembiayaan neto MUF tumbuh pesat dari Rp4,53 triliun menjadi Rp5,13 triliun. Tak heran, apabila aset juga tumbuh secara beriringan sebesar 19,2 persen (yoy) menjadi Rp6,09 triliun.
Capaian ini membawa total pendapatan leasing anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. alias BMRI ini juga meningkat dari Rp1,15 triliun menjadi Rp1,52 triliun, mengimbangi total beban yang juga naik tipis dari Rp1,16 triliun ke Rp1,39 triliun.
Alhasil, MUF masih bisa memperoleh laba bersih Rp102,36 miliar pada periode 2021, alias membalik kinerja periode 2020 yang harus berakhir dengan kerugian senilai Rp12,61 miliar. Bahkan, capaian laba bersih ini tercatat tumbuh hampir 2 kali lipat dibanding kondisi normal periode 2019, yang ketika itu senilai Rp51,78 miliar.