Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mengantongi laba bersih Rp18,9 miliar pada kuartal I/2022. Capaain ini berbalik dari tahun sebleumnya yang masih membukukan rugi.
Laba pada triwulan pertama tahun ini disokong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang tumbuh 845 persen menjadi Rp316 miliar. Pada periode yang sama beban operasional bank naik 307 persen menjadi Rp292,7 miliar.
Bila dibedah lebih rinci capaian laba tahun ini tidak terlepas dari unit usaha syariah yang dibentuk pada September 2021. Pada kuartal pertama tahun ini, kotribusi Jago Syariah terhadap pendapatan bunga bersih bank sebesar 48 persen.
Jago Syariah juga berkontribusi besar terhadap pertumbuhan penyaluran dana bank. Sepanjang Januari–Maret 2022, Bank Jago tercatat menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah senilai Rp6,14 triliun, naik hampir 5 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 40 persen di antaranya merupakan pembiayaan syariah.
Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, Bank Jago telah mengumpulkan 2,3 juta nasabah, tumbuh 71 persen dibandingkan akhir 2021. Hal ini mendorong dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 340 persen menjadi Rp4,21 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kami percaya, ke depan pertumbuhan jumlah nasabah akan lebih cepat pengguna aplikasi Jago yang memberikan solusi keuangan yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kharim dalam keterangan tertulis, Kamis (28/4/2022).
Selain itu, aplikasi Jago turut mendorong peningkatan pendanaan hingga mendominasi DPK. Dana murah atau current account savings account (CASA) meningkat 817 persen yoy menjadi Rp2,29 triliun, sedangkan deposito tumbuh 172 persen menjadi Rp1,92 triliun.
Dengan demikian porsi CASA terhadap total DPK pada akhir Maret 2022 meningkat menjadi 54,4 persen dan deposito turun menjadi 45,6 persen.
Peningkatan CASA berdampak langsung terhadap penurunan cost of fund menjadi 3,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya 4,1 persen. Sementara itu, net interest margin (NIM) berada di level 11,1 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yakni 7,7 persen.
Alhasil, pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik berdampak positif pada perolehan laba bersih setelah pajak sebesar Rp19 miliar, berbanding terbalik dengan kuartal I/2021 yang masih mencatatkan rugi.
Return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) meningkat menjadi masing-masing 0,8 persen dan 1 persen. Tingkat efisiensi juga meningkat yang tercermin dari cost-to-income ratio (CIR) yang turun signifikan dari 229 persen pada kuartal I/2021 menjadi 74 persen.
“Kami ingin tumbuh dengan seimbang, yakni ekspansi bisnis yang cepat namun tetap menjaga profitabilitas. Kami percaya dengan strategi ini kami bisa lebih tumbuh secara cepat dan berkelanjutan tetapi tetap menerapkan prinsip kehati-hatian,” ujar Kharim.
Untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan, Bank Jago memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat, yakni sebesar 131 persen pada akhir Maret 2022.
Sementara itu, hingga akhir Maret 2022, Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp12,82 triliun, tumbuh 39 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.