Bisnis.com, JAKARTA - Studi oleh pemain teknologi asuransi (insurtech) B2B2C asal Singapura, Ancileo menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia terbuka untuk membeli paket asuransi perjalanan dari berbagai kanal.
Sebagai informasi, riset bertajuk '2022 Travel Insurance Outlook ini' digelar Ancileo bersama Swiss Re pada awal 2022 terhadap 4.800 responden selaku pelancong di 12 negara, termasuk Indonesia. Masing-masing negara diwakili 400 orang responden.
Berdasarkan hasil survei, responden dari Indonesia termasuk memiliki minat melakukan perjalanan yang tinggi sampai akhir 2022 nanti. Tepatnya 93 persen dari total, baik itu perjalanan domestik, regional, dan internasional. Hal ini sudah termasuk mempertimbangkan minat travelling di tengah sisa-sisa dampak pandemi Covid-19.
Sebagai perbandingan, gambaran minat travelling para responden dari negara lain mayoritas berada di level 70 persen-an dari total responden. Negara dengan responden yang punya minat perjalanan yang lebih tinggi selain Indonesia hanya Uni Emirat Arab (95 persen).
Negara lain yang termasuk tinggi alias di atas 80 persen dari total warganya yang berminat melancong, yaitu hanya Thailand (92 persen), Jepang (91 persen), Italia (91 persen), dan Perancis (84 persen).
Terkait minat membeli asuransi perjalanan, para responden di Indonesia cenderung butuh untuk perjalanan regional, yaitu 63 persen dari sekitar 80 orang. Domestik hanya 48 persen, padahal ada 220 orang responden yang berminat melakukan perjalanan tipe ini. Terakhir, internasional hanya 49 persen dari 80 orang responden.
Baca Juga
Adapun, sebab Indonesia masih merupakan negara dengan penetrasi asuransi yang tergolong rendah, tim riset melihat hasil survei ini terbilang baik. Walaupun, memang masih jauh dari minat membeli asuransi seperti di Jepang, Singapura, atau UK, di mana hampir 80 persen tipe pelancong butuh asuransi.
Lebih spesifik, 52 persen dari total responden para pelancong di Indonesia mengaku dalam waktu dekat akan membeli asuransi perjalanan. Di mana sekitar 80 persen responden terlihat mempertimbangkan betul perusahaan asuransi penyedia produk yang dipercayainya.
Ketika ditanya apakah para responden berminat membeli produk embedded atau paket asuransi perjalanan hasil kemitraan, 73 persen mengaku minat membeli dari para pemain travel, sementara 57 persen minat membelinya apabila ditawarkan selama perjalanan.
Apabila ditelaah lebih lanjut, contohnya 16 persen responden percaya apabila membeli produk asuransi yang ditawarkan maskapai penerbangan. Selain itu, 14 persen minat membeli dari biro perjalanan, 7 persen dari Travel Visa Vendor, dan 5 persen dari hotel.
Pertimbangan dari para pelancong untuk percaya terhadap produk asuransi dari pemain travel, antara lain kebutuhan yang sesuai dengan pribadi sebanyak 39 persen, penawaran harga miring 20 persen, dan terutama buat para pelanggan setia pemain travel, 17 persen tertarik dengan paket produk asuransi yang berkaitan dengan program loyalitas.
Namun demikian, 27 persen responden Indonesia memang cenderung lebih percaya untuk membeli produk ini dari perusahaan asuransi secara langsung.
Pertimbangannya, antara lain harganya biasanya lebih murah, masih perlu mempelajari bagaimana plus-minus produk hasil kemitraan dan bagaimana perbedaannya dengan produk original dari perusahaan asuransi terkait, serta melihat dulu bagaimana pengalaman perusahaan atau agen travel terkait sebagai mitra distribusi produk asuransi.
Terakhir, pertimbangan utama dalam memilih produk asuransi bagi para responden asal Indonesia, yaitu emergency & medical expenses, proteksi kecelakaan dan kematian, dan benefit terkait Covid-19.
Riset juga mencatat benefit menarik yang saat ini menjadi fokus para pelancong Indonesia, yaitu adanya paket layanan terkait Covid-19, ketersediaan layanan telemedis 24x7, dan bagaimana setiap layanan bisa diakses via aplikasi ponsel.
Sementara evaluasi utama dari para pelancong yang berpengalaman membeli produk asuransi perjalanan di Tanah Air, yaitu bagaimana perusahaan memberikan layanan klaim online, perbandingan harga produk dengan produk serupa dari para kompetitor, dan reputasi perusahaan asuransi penyedia produk.