Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Sindikasi Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Kok Bisa?

Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina disinyalir memberikan andil terhadap melandainya penyaluran kredit sindikasi pada semester I/2022.
/jibiphoto/
/jibiphoto/

Bisnis.com, YOGYAKARTA – Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina yang berkepanjang dinilai turut memberi dampak terhadap melandainya penyaluran kredit sindikasi pada semester I/2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Team Leader Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kevin Tanuwidjaja mengatakan tingginya inflasi, harga komoditas serta dampak perang Rusia dan Ukraina turut mempengaruhi pasar, termasuk perihal proyek-proyek yang dibiayai dengan kredit sindikasi.

Bank DBS Indonesia tetap optimistis penyaluran pembiayaan pada tahun ini akan tetap tumbuh, seiring dengan pemulihan ekonomi di Tanah Air.

“Bank DBS Indonesia melihat prospek loan masih terus tumbuh, baik dari loan-sindikasi maupun non-sindikasi,” kata Kevin kepada Bisnis, Kamis (16/6/2022).

Sebelumnya, berdasarkan data yang dihimpun dari Bloomberg, kredit yang disalurkan perbankan mengalami penurunan pada enam bulan pertama 2022.

Pada semester I/2022 total nilai kesepakatan kredit sindikasi yang disalurkan perbankan tercatat sebesar US$4,683 miliar, turun 56,05 persen dibandingkan dengan kredit sindikasi pada semester I/2022 yang total nilainya mencapai US$10,65 miliar.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan perlambatan kredit sindikasi akibat terganggunya sejumlah proyek-proyek infrastruktur selama pandemi Covid-19 2021 dan awal 2022.

Selain itu, sejumlah proyek infrastruktur juga mengalami cost over run atau peristiwa dimana sebuah pekerjaan yang telah diperhitungkan mengalami tambahan biaya diluar biaya yang telah diperhitungkan sebelumnya. Hal ini membuat perbankan berhati-hati untuk terlibat dalam proyek kredit sindikasi.

“Itu yang mungkin membuat bank menilai sindikasi ke proyek-proyek yang skalanya besar, itu risikonya relatif tinggi sehingga bank menahan diri,” kata Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper