Bisnis.com, JAKARTA - Setelah 2 tahun terdampak pandemi Covid-19, industri asuransi umum berpotensi mulai pulih menuju kinerja normal pada tahun ini, terutama dari sisi pendapatan premi.
Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Tatang Nurhidayat menjelaskan bahwa secara umum anjloknya pendapatan premi dari sebagian lini bisnis asuransi umum beberapa waktu belakangan, terutama disebabkan keterbatasan aktivitas fisik masyarakat.
Sebagai contoh, asuransi kendaraan bermotor kemungkinan besar moncer sepanjang tahun ini, bukan hanya karena penjualan otomotif mulai tumbuh, tapi juga ditopang stabilitas perekonomian dalam negeri yang mendorong kebutuhan penggunaan kendaraan pribadi.
"Asuransi motor vehicle itu kelebihannya salah satu yang tidak terdampak langsung oleh kondisi geopolitik atau gejolak ekonomi global. Tapi tetap harus dilihat lagi apakah kinerja penjualan otomotif masih lesu, serta berapa persen konsumen yang mau masuk ke asuransi," ujarnya ketika ditemui Bisnis dalam diskusi terbatas bersama media, Minggu (19/6/2022).
Sebagai gambaran, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) per kuartal I/2022, premi lini bisnis asuransi kendaraan bermotor tumbuh 19,4 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp4,74 triliun, dari Rp3,97 triliun pada periode sebelumnya.
Berdasarkan kinerja tahunan, asuransi kendaraan bermotor tercatat masih belum pulih dari era normal alias periode 2019 senilai Rp18,7 triliun. Pada 2020, premi dari lini bisnis ini anjlok ke Rp14,73 triliun, sementara pada 2021 nilainya hanya naik tipis ke Rp15,68 triliun.
Baca Juga
Tatang menambahkan bahwa premi asuransi yang berkaitan dengan aktivitas transportasi dan logistik pun berpotensi naik. Misalnya, asuransi penerbangan, marine cargo, dan marine hull.
Namun, Tatang yang kini tengah menjalani uji kepatutan dan kelayakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk resmi menjadi Presiden Direktur PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU) ini mengingatkan lini bisnis tersebut terbilang rawan goyang akibat terdampak gejolak faktor eksternal dan kondisi perekonomian global.
"Kondisi geopolitik itu mempengaruhi makro ekonomi dan hubungan antarnegara, sehingga berimbas secara langsung ke beberapa lini bisnis industri asuransi, seperti aviation, hull, cargo," ujarnya.
Sebagai perbandingan, premi lini bisnis asuransi marine cargo tumbuh 17,3 persen yoy menjadi Rp1,23 triliun pada kuartal I/2022. Hal ini melanjutkan kinerja peningkatan secara tahunan, di mana pada 2021 nilainya Rp4,11 triliun, naik 26,5 persen yoy ketimbang periode 2020 di Rp3,25 triliun.
Sementara marine hull kebalikannya, di mana premi sepanjang tahun lalu naik 7,1 persen yoy dari Rp1,9 triliun pada 2020 menjadi Rp2,03 triliun pada 2021, tapi sepanjang kuartal I/2022 ini turun tipis 1,9 persen yoy menjadi Rp659 miliar.
Adapun, asuransi penerbangan yang kinerjanya sepanjang 2021 masih anjlok 37,5 persen yoy menjadi Rp948 miliar dari sebelumnya Rp1,51 triliun pada 2020, terbilang bisa bertahan pada kuartal I/2022 ini, karena nilainya naik tipis menjadi Rp152 miliar dari Rp122 miliar pada periode sebelumnya.
Sementara itu, lini bisnis utama asuransi umum seperti asuransi kerugian atau properti, asuransi kesehatan, dan asuransi kredit, cenderung akan pulih, namun menyesuaikan kondisi pemulihan ekonomi nasional, serta bagaimana penanganan atas kasus dan varian baru Covid-19.