Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anjloknya Ekuitas Reasuransi dan Cita–cita Menjaga Neraca Jasa

Ekuitas perusahaan reasuransi dalam negeri merosot hingga dobel digit. Kondisi yang membuat neraca jasa semakin kedodoran. Bagaimana peluang membalikkannya?
Logo Indonesia RE
Logo Indonesia RE

Bisnis.com, JAKARTA – Ekuitas industri reasuransi terkoreksi cukup dalam sampai dengan kuartal I/2022. Penguatan permodalan pun dibutuhkan untuk menjaga kapasitas reasuransi agar tetap dapat memberikan pertanggungan ulang.


Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total ekuitas industri reasuransi tercatat mencapai Rp7,5 triliun di kuartal I/2022. Angka permodalan tersebut mengalami penurunan sebesar 22 persen year-on-year (yoy) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp9,6 triliun. 


Dari sisi hasil underwriting, industri reasuransi juga mencatatkan penurunan sebesar 125 persen yoy, yakni dari Rp19 miliar pada kuartal I/2021 menjadi hanya Rp5 miliar pada kuartal I/2022. 


Wakil Ketua Bidang Statistik, Riset & Analisa Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Trinita Situmeang mengatakan, penurunan ekuitas tersebut disebabkan oleh kerugian yang dibukukan perusahaan-perusahaan reasuransi umum pada tahun lalu akibat pembayaran sejumlah klaim-klaim pada periode-periode sebelumnya. 


Menurut paparan AAUI, industri reasuransi sepanjang tahun lalu memang mencatatkan rugi setelah pajak senilai Rp610 miliar atau turun 202,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba Rp590 miliar. 


Trinita berharap kondisi penurunan ekuitas ini tidak mengganggu kapasitas perusahaan reasuransi di dalam negeri dalam memberikan pertanggungan ulang terhadap risiko-risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi.


"Dari sisi kapasitas mudah-mudahan tidak terganggu dengan adanya perbaikan-perbaikan dan manajemen risiko yang dilaksanakan di reasuransi. Kami harapkan kapasitas pertanggungan dan komitmen untuk menanggung ulang risiko perusahaan asuransi dalam negeri akan tetap dilakukan," ujar Trinita, dikutip Senin (20/6/2022). 


Menurutnya, perlu adanya komitmen dari pemegang saham untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan reasuransi agar kapasitas dalam menanggung risiko di dalam negeri dapat lebih baik. Selain itu, dia berharap terjadi perbaikan dari sisi pendapatan underwriting dan laba usaha sehingga ekuitas dapat turut membaik.


"Yang perlu dilakukan perbaikan secara risiko. Kemudian lihat lagi term and condition, risk apettite, risk management, operasional, teknikal, maupun melakukan penyesuaian untuk akseptasi dan penanganan klaim yang lebih melihat ke depan, artinya secara jangka panjang kami manajemennya lebih baik," tutur Trinita. 


Sementara itu, AAUI mencatat pendapatan premi industri reasuransi mencapai Rp5,39 triliun sepanjang kuartal I/2022. Realisasi ini mengalami penurunan 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp6,58 triliun. Untuk klaim dibayar industri reasuransi mengalami penurunan yang signifikan hingga 87,5 persen yoy. Pada kuartal I/2022 klaim dibayar reasuransi hanya mencapai Rp1,5 triliun, sedangkan pada kuartal I/2021 nilainya mencapai Rp12,36 triliun.


Paparan Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re Benny Waworuntu dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (16/6/2022) menegaskan ini. Disebutkan bahwa dampak pandemi Covid-19 telah menyebabkan terbatasnya kapasitas bisnis dan menurunnya solvabilitas perseroan. Hal ini karena Indonesia Re yang berperan sebagai tulang punggung dari industri asuransi harus menahan klaim yang terjadi di industri asuransi.


Guna meningkatkan kapasitas bisnis, perseroan pun mengajukan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3 triliun untuk RAPBN Tahun Anggaran 2023. Pengajuan PMN ini juga agar perseroan dapat menjadi pemain internasional. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih terbatasnya kapasitas dan kapabilitas perusahaan reasuransi lokal untuk menampung risiko pertanggungan ulang dari perusahaan asuransi dalam negeri sehingga masih terjadi defisit neraca pembayaran di sektor reasuransi.


Diperlukan perusahaan reasuransi yang kuat dengan kapabilitas yang besar untuk menahan laju premi reasuransi ke luar negeri dan menyerap laju reasuransi ke dalam negeri sehingga defisit neraca pembayaran di sektor reasuransi dapat ditekan. 


"Sifat industri ini capital intensive, butuh permodalan yang kuat. Kalau nggak punya permodalan yg kuat, mau enggak mau pindahkan risiko itu ke perusahaan reasuransi lain, termasuk ke luar negeri. Inilah kenapa reasuransi bisnisnya bersifat internasional dan ini menjadi salah satu alasan kenapa Indonesia Re ajukan PMN ini," kata Benny.


Selain mengajukan PMN, Indonesia Re juga memiliki rencana jangka panjang untuk mendapatkan penguatan modal melalui investor strategis yang akan memberikan tambahan permodalan dan mengisi kemampuan operasional.


"Kami akan bawa masuk para pemain reasuransi dari global. Tujuannya, satu, mereka akan bawa masuk modal ke Indonesia. Kedua, mereka akan bawa kompetensi dan pengalaman di luar, best practice untuk bisa diimplementasikan di Indonesia," tutur Benny. 


Namun, untuk bisa menggandeng perusahaan reasuransi global, kata Benny, perseroan harus memperbaiki diri agar bisa meyakinkan bahwa perseroan merupakan partner yang tepat menjadi mitra bisnis mereka. 

Halaman
  1. 1
  2. 2
 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper