Bisnis.com, JAKARTA — Perolehan premi industri reasuransi umum terkoreksi sebesar 18 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang kuartal I/2022.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat total pendapatan premi industri reasuransi mencapai Rp5,39 triliun sepanjang kuartal I/2022. Realisasi ini mengalami penurunan 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp6,58 triliun.
Wakil Ketua Bidang Statistik, Riset & Analisa AAUI Trinita Situmeang mengatakan, penurunan premi tersebut disebabkan oleh terkoreksinya sejumlah lini bisnis reasuransi pada kuartal I/2022.
"Untuk reasuransi, premi dicatat berdasarkan lini usaha yang mengalami kontraksi adalah di sektor reasuransi properti turun 5,6 persen, kendaraan bermotor 4 persen, energy on shore 58,3 persen, tanggung gugat 38,2 persen," tutur Trinita, dikutip Senin (20/6/2022).
Selain itu, premi dicatat dari lini bisnis kecelakaan diri juga mengalami penurunan sebesar 46,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selanjutnya, premi dari lini bisnis surety ship juga terkontraksi cukup dalam sebesar 87,5 persen dan aneka turun 79,5 persen.
Di sisi lain, klaim dibayar industri reasuransi menglami penurunan yang signifikan hingga 87,5 persen yoy. Pada kuartal I/2022 klaim dibayar reasuransi hanya mencapai Rp1,5 triliun, sedangkan pada kuartal I/2021 nilainya mencapai Rp12,36 triliun.
"Klaim dibayar alami kontraksi dari tahun lalu sebesar Rp12,3 juta triliun menjadi Rp1,5 triliun. Hal ini karena tahun lalu ada pembayaran klaim besar untuk satu kuartal dari sektor asuransi kredit sebesar Rp5,9 triliun," katanya.
Klaim dibayar reasuaransi untuk lini bisnis asuransi kredit mengalami penurunan sebesar 94,8 persen yoy, yakni dari Rp5,9 triliun menjadi hanya Rp311 miliar di kuartal I/2022.
Selain itu, penurunan klaim tersebut didorong oleh penurunan klaim yang signifikan di lini bisnis reasuransi properti. Sepanjang kuartal I/2022, klaim dibayar lini bisnis properti hanya mencapai Rp673 miliar atau turun 79,2 persen dibandingkan kuartal I/2021 yang mencapai Rp3,22 triliun.