Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatat total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) secara bank only mencapai Rp1.017,42 triliun per Mei 2022 yang ditopang oleh peningkatan dana murah perseroan.
Senior Vice President (SVP) Retail Deposit Product And Solution Group Bank Mandiri Evi Dempowati menyampaikan jumlah DPK perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 10,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Bila dirinci, pertumbuhan DPK Bank Mandiri tersebut utamanya ditopang oleh peningkatan dana murah [current account and saving account/CASA], khususnya tabungan yang menembus Rp401,49 triliun, meningkat signifikan sebesar 15,85 persen yoy,” kata Evi kepada Bisnis, Senin (27/6/2022).
Evi menjelaskan peningkatan tersebut sejalan dengan strategi Bank Mandiri untuk menekan biaya dana atau cost of fund (CoF) dengan mengoptimalkan dana murah.
Tak hanya itu, emiten bank dengan sandi saham BMRI itu juga fokus pada pemanfaatan serta peningkatan layanan digital multi transaksi yang menawarkan kemudahan dan fleksibilitas transaksional, seperti Livin’ by Mandiri dan Kopra by Mandiri.
Aplikasi besutan Bank Mandiri ini, yakni Livin’ by Mandiri telah membukukan sebanyak 700 juta transaksi dengan nilai lebih dari Rp880 triliun per Mei 2022. Adapun, saat ini Livin' by Mandiri telah diunduh lebih dari 13 juta kali per 8 Juni.
Baca Juga
Teranyar, Bank Mandiri telah memperkenalkan Livin’ Investasi yang mampu memenuhi kebutuhan investasi nasabah dengan layanan pembelian reksa dana secara cepat dan mudah mulai dari Rp100.000. Hal itu merupakan upaya perseroan untuk memenuhi kebutuhan finansial nasabah dapat dilakukan di satu aplikasi melalui Livin’ by Mandiri.
Di sisi lain, deposito Bank Mandiri tercatat mengalami koreksi sebesar 7 persen secara tahunan per Mei 2022. Deposito yang dimiliki perseroan turun dari semula Rp261,74 triliun menjadi Rp242,94 triliun.
Jika menilik laporan Bank Indonesia (BI) mengenai Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) per Mei 2022, simpanan berjangka terpantau mengalami kontraksi 0,4 persen secara tahunan menjadi Rp2.710 triliun pada Mei 2022. Total nilai simpanan berjangka pada Mei 2022 merupakan yang terendah hingga pertengahan tahun ini. Adapun berdasarkan golongan nasabah, perlambatan tabungan serta simpanan berjangka terjadi baik pada golongan nasabah perorangan maupun korporasi.