Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSI (BRIS) Akui Minat Terbitkan Efek Beragun Aset Bersama SMF, Ini Alasannya

Penerbitan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) syariah alias EBAS-SP dengan underlying portofolio KPR tersebut bisa menjadi salah satu solusi sumber pendanaan baru untuk BSI atau BRIS.
Nasabah Bank Syariah Indonesia memeriksa buku tabungan seusai membuka rekening di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). /Bisnis-Arief Hermawan P
Nasabah Bank Syariah Indonesia memeriksa buku tabungan seusai membuka rekening di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perbankan syariah pelat merah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) tertarik menggelar sekuritisasi aset portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) miliknya bersama PT Sarana Multigriya Finansial (Persero).

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa ketertarikan ini seiring kinerja portofolio pembiayaan perumahan BSI yang telah menembus lima besar secara nasional, tepatnya senilai Rp41 triliun sampai kuartal I/2022.

"Pertumbuhan kami pun terbilang cukup tinggi, secara tahunan mencapai 8,44 persen. Selain itu, sudah ada kerja sama dengan 1.915 developer dengan 2.554 proyek," ujarnya dalam Securitization Summit 2022, Rabu (6/7/2022).

Pangsa pasar BSI dalam lini bisnis pembiayaan perumahan di Tanah Air saat ini mencapai 6,86 persen dari seluruh bank dengan total senilai Rp576 triliun. Sementara pangsa pasar khusus pembiayaan perumahan syariah mencapai 37,18 persen dari total Rp111 triliun.

BSI tercatat mengalahkan BRI di peringkat ke-6 dengan portofolio KPR senilai Rp40 triliun dan hanya kalah tipis dari Bank Mandiri di peringkat ke-4 dengan portofolio KPR senilai Rp47 triliun. Adapun, tiga besar bank dengan portofolio KPR terbesar, berturut-turut BTN senilai Rp225 triliun, BCA senilai Rp98 triliun, dan BNI senilai Rp51 triliun.

Hery menjelaskan ketertarikan untuk menerbitkan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) syariah alias EBAS-SP juga didorong diversifikasi sumber pendanaan BSI untuk aktivitas pembiayaan tenor jangka panjang, salah satunya KPR.

Selain itu, BSI melihat kebutuhan investor akan instrumen investasi syariah sedang masif, baik dari investor ritel maupun institusi pengelola dana jumbo. Misalnya, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang butuh menginvestasikan dana kelolaannya ke instrumen berbasis syariah.

"Kami mau coba sekuritisasi aset KPR senilai Rp500 miliar dulu, kalau nanti bagus bisa dilanjutkan, karena portofolio BSI cukup besar. Semoga kalau terealisasi, bisa menjadi pionir sekuritisasi aset dengan underlying KPR di segmen syariah," tambahnya.

Direktur Utama Sarana Multigriya Finansial Ananta Wiyogo menjelaskan bahwa sekuritisasi bertujuan membuat arus kas perbankan lebih lancar, sebab tak perlu menunggu dana dari debitur KPR yang tenornya bisa sampai 15 tahun.

Sekuritisasi lewat SMF bisa menjadi jembatan perbankan membuat portofolio KPR miliknya kembali likuid, sehingga bisa digunakan untuk aktivitas pembiayaan KPR terbaru kembali.

"SMF sampai sekarang sudah 14 kali merealisasikan sekuritisasi dengan nilai Rp12,7 triliun, dan rating kami tetap terjaga di AAA, bahkan di masa pandemi sekali pun," ujarnya.

Selain itu, Ananta menekankan perbankan pun tak perlu khawatir penerbitan EBA-SP besutannya undersubscribe di pasar modal, karena SMF sendiri juga berkomitmen menjadi stand-by buyer dari setiap penerbitan EBA-SP para penerbit. 

"Sekuritisasi selain menguntungkan perbankan sebagai issuer, kami yakin juga mampu menarik minat investor ritel dan institusi di pasar modal. Karena sampai saat ini, EBA-SP kami terbilang aman, memiliki underlying bagus, bunga kompetitif, belum pernah gagal, dan terbukti pembayaran kepada investor selalu tepat waktu dan tepat jumlah," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper