Bisnis.com, BALI – Rangkaian pertemuan ketiga Finance Ministers Central Bank Governor (FMCBG) G20 Indonesia terus mendorong penguatan sistem pembayaran berbasis digital, salah satunya melalui penguatan Bank Indonesia Fast Payment atau BI-Fast.
Penguatan sistem pembayaran ritel nasional yang dibesut oleh bank sentral dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) ini diharapkan dapat semakin mempercepat digitalisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Sekretaris Jenderal ASPI Handayani menuturkan bahwa perusahaan teknologi finansial atau fintech siap bergabung untuk memperluas penyelenggaraan BI-Fast.
“Fintech itu dijadwalkan pada 2023 untuk bisa berpartisipasi. Mekanismenya ada sebagai peserta langsung, bisa juga menjadi peserta tidak langsung. Jadi, nanti bisa bersama-sama dengan bank yang ikut sebagai peserta langsung,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).
Sampai dengan Juni 2022, total ada 52 peserta BI-Fast yang mewakili 82 persen pangsa pasar sistem pembayaran ritel nasional. Dari jumlah tersebut, bank menjadi pem
Handayani mengungkapkan bahwa implementasi awal penerapan BI-Fast dilakukan oleh perbankan lebih dulu. Seiring berjalannya waktu, ASPI menargetkan seluruh pelaku industri dapat memfasilitasi sistem pembayaran ritel BI-Fast.
“Ini nantinya seluruh pelaku industri bisa memanfaatkan fasilitas BI-Fast karena memang memfasilitasi untuk bertransaksi secara cepat, mudah, murah, aman, dan andal,” pungkasnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menyatakan BI-Fast merupakan satu dari tiga inisiatif pembayaran digital bank sentral. Dua inisiatif lainnya adalah quick response code Indonesia standard atau QRIS dan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).
Aida menyatakan bank sentral akan menghadirkan tiga komitmen untuk mengakselerasi ekonomi digital dan ekosistem keuangan terintegrasi. Pertama, reformasi regulasi untuk mempercepat konsolidasi atas industri pembayaran yang sehat, kompetitif dan inovatif.
Kedua, mengembangkan infrastruktur pembayaran yang sarat akan interoperabilitas, interkoneksi, dan integrasi. Ketiga, mengembangkan praktik pasar yang aman, efisien, dan seimbang.
Dia juga menekankan terdapat dua hal pokok mengenai digitalisasi yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, digitalisasi telah memungkinkan masyarakat untuk memiliki kegiatan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Manfaatnya bersifat luas bagi semua orang, bagi masyarakat umum dan mampu mengurangi ketimpangan. Kedua, sinergi dan kolaborasi antara otoritas dan industri menjadi kunci dalam memetik manfaat dari ekosistem ekonomi dan keuangan digital,” ujarnya.
Tahun ini, bank sentral menargetkan fasilitas transfer dengan skema BI-Fast dapat mencapai Rp811 triliun. Selama periode 1 Januari—29 Mei 2022, total volume dan nominal transaksi kredit transfer BI-Fast masing-masing mencapai 85,3 juta transaksi dan Rp320,6 triliun.
Dari sisi perbankan, PT Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatat pertumbuhan transaksi BI-Fast sampai dengan Mei 2022.
BRI, misalnya, jumlah transaksi BI-Fast mencapai 6,6 juta transaksi dengan nominal sebesar Rp22 triliun. Sementara itu, transaksi BI-Fast yang dikirimkan oleh nasabah BRI sebanyak 927.000 transaksi dengan nominal sebesar Rp4,6 triliun.
Adapun, Bank Mandiri membukukan transaksi BI-Fast telah mencapai sekitar 18 juta dengan volume transaksi lebih dari Rp50 triliun. berbagai upaya dilakukan oleh emiten bank berkode saham BMRI ini untuk meningkatkan transaksi BI-Fast.
“Bank Mandiri mendukung inisiatif tersebut dengan meningkatkan awareness layanan BI-Fast ini, baik di aplikasi Livin' by Mandiri maupun di berbagai media komunikasi milik bank,” ujar SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), volume transaksi pembayaran BI-Fast mengalami peningkatan dari awal implementasi pada Desember 2021, baik secara volume maupun nominal.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan total volume dan nominal transaksi kredit transfer BI-Fast masing-masing mencapai 85,3 juta transaksi dan Rp320,6 triliun selama periode 1 Januari-29 Mei 2022.