Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Tren Kepemilikan Mobil Listrik hingga Akhir 2022

Pengamat menilai tren kepemilikan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) hingga akhir 2022.
Proses pengisian energi mobil listrik, Senin (10/12/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Proses pengisian energi mobil listrik, Senin (10/12/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat menilai tren kepemilikan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) atau kendaraan listrik memiliki prospek yang bagus meskipun pertumbuhannya masih moderat hingga akhir tahun.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin memandang tren tersebut memiliki prospek yang bagus, namun tidak meningkat secara signifikan.

Menurut Amin, hal itu terjadi bukan karena hambatan atau kendala perbankan saat menyalurkan kredit, melainkan karena beberapa faktor. Pertama, mobil listrik belum banyak pilihan. Kedua, harga mobil listrik yang masih mahal.

Ketiga, Amin menilai masyarakat belum sepenuhnya menyadari bahwa kendaraan listrik menjadi pilihan atau alternatif yang baik untuk kendaraan di Indonesia ke depan.

Selian itu, lanjut Amin, belum ada perbankan yang fokus menyalurkan pembiayaan kredit untuk kendaraan bermotor listrik kepada produk-produk yang ramah lingkungan.

Senada, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai tren kepemilikan mobil listrik baru terbatas pada masyarakat golongan tertentu karena harganya masih relatif mahal.

“Infrastruktur pendukung juga belum masif. Maka, sampai akhir tahun ini pertumbuhannya [kendaraan listrik] masih moderat,” ujar Huda kepada Bisnis, Selasa (19/7/2022).

PROSPEK KKB AKHIR TAHUN

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit kendaraan bermotor atau KKB mengalami kontraksi sebesar 6,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang 2021, yakni dari Rp105,7 triliun menjadi Rp99,10 triliun.

Namun, penyaluran KKB mengalami pertumbuhan hingga Maret 2022, yakni sebesar 1,8 persen secara tahunan dari Rp101,73 triliun menjadi Rp103,58 triliun.

Secara keseluruhan, menurut Amin, prospek penyaluran kredit kendaraan bermotor di semester II/2022 akan ada peningkatan meskipun tidak signifikan dibandingkan penyaluran KKB di semester I/2022.

Sementara itu, Huda mengatakan penyaluran KKB mengalami kenaikan yang cukup signifikan yang disebabkan salah satunya ada insentif pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis mobil.

Menurut Huda, dengan biaya pajak yang semakin murah, maka ada kenaikan permintaan KKB yang cukup positif. Namun, lanjut Huda, masalahnya adalah insentif tersebut berakhir pada Maret 2022.

Sebagaimana diketahui, PPnBM merupakan program relaksasi dari pemerintah yang dilakukan secara tappering off. Relaksasi ini dimulai pada 31 Maret 2021 dan sudah berakhir pada 31 Maret 2022. 

“Maka dari itu, saya prediksi pertumbuhan KKB [di semester II/2022] akan melandai seiring dengan hilangnya insentif. Walaupun ada faktor pemulihan ekonomi, tapi saya rasa daya dorongnya tidak sekuat insentif pemerintah,” ujarnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper