Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebelum BI Putuskan Suku Bunga Acuan BI7DRR, ADB Proyeksi Ekonomi Indonesia jadi 5,2 Persen

Berdasarkan laporan Asian Development Outlook Supplement edisi Juli 2022, ADB juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan lebih tinggi tahun ini, yakni sebesar 4 persen dibandingkan dengan proyeksi ADB pada April sebesar 3,6 persen.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menaikkan prakiraan pertumbuhan untuk Indonesia menjadi 5,2 persen pada tahun ini, sejalan dengan permintaan dalam negeri yang bagus dan pertumbuhan ekspor yang stabil.

Lembaga keuangan multilateral yang didirikan pada 1966 itu merevisi prakiraan pertumbuhan sejalan dengan naiknya proyeksi pertumbuhan Asia Tenggara.

“Proyeksi pertumbuhan tahun 2022 untuk Indonesia dinaikkan dari 5,0 persen menjadi 5,2 persen, mencerminkan permintaan domestik dan ekspor yang kuat,” tulis laporan Asian Development Outlook Supplement edisi Juli 2022, dikutip pada Kamis (21/7/2022).

Hasil ini dikeluarkan sebelum pengumuman suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang akan diputuskan siang ini (21/7/2022), pukul 14.00 WIB. 

Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga menyampaikan untuk kawasan Asia Tenggara, ADB kini memproyeksikan pertumbuhan 5 persen pada 2022, naik dari proyeksi pada April sebesar 4,9 persen.

Berdasarkan laporan Asian Development Outlook Supplement edisi Juli 2022, ADB juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan lebih tinggi tahun ini, yakni sebesar 4 persen dibandingkan dengan proyeksi ADB pada April sebesar 3,6 persen, akibat tingginya harga komoditas.

Laporan tersebut menyebut perbaikan dalam pekerjaan, pendapatan, dan kepercayaan diri memicu konsumsi swasta. Tak hanya itu, permintaan yang sehat dan kredit yang meningkat mendorong investasi swasta. “Tetapi kebijakan fiskal menjadi kurang mendukung karena pengeluaran terkait pandemi berkurang,” tambahnya.

Di samping itu, harga yang lebih tinggi untuk ekspor komoditas utama, seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel menghasilkan pendapatan ekspor tak terduga dan pendapatan fiskal, lebih dari mengimbangi subsidi fiskal yang lebih tinggi untuk bahan bakar, listrik, dan makanan.

Jiro mengatakan kegiatan ekonomi di Indonesia terus berangsur normal. Sementara itu, infeksi Covid-19 masih terkendali, terlepas dari meningkatnya jumlah kasus belakangan ini.

“Peningkatan inflasi menurunkan daya beli rumah tangga, tetapi tingginya harga sejumlah komoditas ekspor utama mendatangkan keuntungan berupa penghasilan ekspor dan pendapatan fiskal, sehingga memungkinkan pemerintah untuk memberi bantuan di tengah kenaikan harga pangan, listrik, dan bahan bakar, sambil tetap mengurangi defisit anggaran,” kata Jiro dalam keterangan tertulis.

Adapun untuk 2023, ADB memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,3 persen dan inflasi mencapai 3,3 persen.

Untuk diketahui, ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper