Bisnis.com, JAKARTA – Tiga bank digital tercatat mampu mencetak laba pada paruh pertama tahun ini. Ketiganya adalah PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Bank Seabank Indonesia.
Allo Bank (BBHI), bank digital besutan orang terkaya Indonesia Chairul Tanjung misalnya, bank ini membukukan laba bersih sebesar Rp150,62 miliar pada semester I/2022, naik 557 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih tersebut diraih berkat peningkatan pendapatan bunga sebesar 108 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp265,97 miliar. Pada saat bersamaan, beban bunga turun 34 persen ke Rp48,73 miliar.
Dengan perolehan tersebut, Allo Bank membukukan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp217,24 miliar atau melesat 306 persen dibandingkan capaian pada tahun lalu yakni Rp53,47 miliar.
Melesatnya laba Allo Bank juga dibarengi dengan penyaluran kredit yang diberikan naik 205 persen secara year-to-date (ytd) menjadi Rp6,71 triliun. Adapun, perseroan tercatat membukukan aset sebesar Rp9,7 triliun atau bertumbuh 110 persen ytd.
Kinerja penghimpunan dana masyarakat Allo Bank juga berada dalam tren positif, dengan perolehan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 50 persen menuju Rp3,19 triliun. Dana murah atau current account saving account (CASA) mencapai Rp209,5 miliar, turun 22 persen ytd.
Baca Juga
Selanjutnya ada Bank Jago yang mampu mencetak laba bersih tahun berjalan sebesar Rp28,91 miliar pada semester I/2022. Capaian tersebut membalikkan kerugian yang diraih pada semester I/2021 sebesar Rp46,7 miliar.
Perolehan laba Bank Jago didorong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang naik 340 persen yoy menjadi Rp641 miliar hingga akhir Juni 2022.
Perinciannya, pendapatan bunga perseroan melonjak 157 persen yoy menjadi Rp412 miliar diikuti dengan raihan pendapatan syariah sebesar Rp293,23 miliar. Pada saat bersamaan, beban bunga naik menjadi Rp61,5 miliar, sementara beban syariah mencapai Rp2,6 miliar.
Di sisi lain, penyaluran kredit emiten bank berkode saham ARTO ini juga tumbuh 70 persen ytd sebesar Rp7,04 triliun. Dari jumlah tersebut, pembiayaan syariah berkontribusi sebesar Rp2,29 triliun. ARTO juga mencatatkan aset Rp14.61 triliun atau naik 19 persen ytd.
ARTO tercatat menghimpun dana masyarakat sebesar Rp5,84 triliun pada paruh pertama tahun ini, tumbuh 64 persen ytd. Peningkatan DPK ditopang oleh capaian CASA yang melonjak 131 persen sepanjang tahun berjalan.
Sementara itu, Seabank membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp5,97 miliar sampai dengan 30 Juni 2022. Kondisi ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu, yang membukukan rugi bersih Rp231,85 miliar.
Kenaikan laba berasal dari pendapatan bunga yang melesat 1.020 persen yoy dari Rp150,17 miliar menjadi Rp1,68 triliun. Adapun, beban bunga perseroan juga merangkak naik 536 persen yoy dari semula Rp66,42 miliar menjadi Rp422,25 miliar per Juni 2022.
Dengan demikian, pendapatan bunga bersih Seabank melonjak 1.404 persen yoy menjadi Rp1,26 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya bernilai Rp83,75 miliar.
Hingga Juni 2022, bank yang sebelumnya bernama PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau Bank BKE itu mencatatkan kredit yang diberikan senilai Rp13,95 triliun. Kredit tersebut tumbuh 814 persen yoy dari semula Rp1,53 triliun pada Juni 2021.
Seabank juga membukukan pertumbuhan DPK sebesar 267 persen yoy menjadi Rp16,93 triliun. Kenaikan DPK Seabank berasal dari CASA berupa giro dan tabungan yang melesat 395 persen yoy, dari Rp3,12 triliun menjadi Rp15,43 triliun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa kemampuan bank dalam mencetak keuntungan sangat dipengaruhi oleh ekosistem yang dimiliki bank digital.
“[Peran ekosistem] besar sekali. Tanpa ekosistem siapa yang akan pakai? Kalau tidak ada yang pakai bagaimana cara perusahaan menghasilkan keuntungan,” ujarnya kepada Bisnis yang dikutip Selasa (2/8/2022).
Nico menyatakan bahwa hal terpenting dari bank digital adalah ekosistem yang dimiliki, sehingga sebagus apa pun produk yang ditawarkan tetapi tidak memiliki ekosistem, maka perkembangannya akan sulit.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira sempat menyatakan bahwa bank digital yang akan memenangkan pasar adalah bank yang memiliki integrasi ekosistem. Pasalnya, hal ini dapat membuka peluang kolaborasi dari berbagai pihak.
Bank Jago seperti yang diketahui memiliki integrasi ekosistem dengan perusahaan ride hailing, Gojek dan mitra lainnya. Sementara itu, Allo Bank memiliki ekosistem jaringan ritel Transmart hingga e-commerce, sementara Seabank mempunyai ekosistem di lokapasar atau marketplace.