Bisnis.com, JAKARTA – Putra mahkota kelompok Djarum di lini keuangan yang juga Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Armand Wahyudi Hartono mengingatkan perbankan tetap perlu mempertahankan layanan luring.
Armand yang juga putra dari Robert Budi Hartono mengatakan masih ada 0,5 persen nasabah BCA yang menggunakan layanan kantor cabang. Dia mengatakan, kendati memiliki porsi relatif kecil, namun nasabah kelompok ini relatif penting.
“Jadi, jangan terbawa semuanya digital. Tetap bertemu secara face to face itu sangat penting. Justru dengan dunia digital, interaksi dengan manusianya lebih penting,” ujar Armand dalam webinar bertajuk Transformasi Digital untuk Inovasi Berdampak, Senin (8/8/2022).
Ucapan Armand selaras dengan data laporan kinerja keuangan BCA sepanjang paruh pertama 2022.
Berdasarkan data presentasi perusahaan, nilai transaksi di kantor cabang BCA hingga Juni 2022 tembus Rp6,8 triliun atau naik 7,9 persen year-on-year (yoy). Realisasi ini bahkan lebih besar dari nilai transaksi mobile banking yang mencapai Rp2,55 triliun pada periode yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa layanan kantor cabang BCA masih memiliki peran signifikan.
Armand melanjutkan bahwa saat ini pola pikir yang terbentuk adalah ketika segala sesuatu telah digital, maka layanan luring dapat tergantikan. Padahal, menurutnya, pertemuan secara fisik mampu menguatkan keterlibatan baik dari sisi karyawan maupun nasabah.
Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja juga mengungkapkan bahwa tidak semua nasabah dapat menerima produk perbankan berbasis digital, terkecuali bank yang memang memiliki basis nasabah milenial. Namun, bagi bank dengan nasabah beragam usia, perusahaan harus berkeringat menyesuaikan layanannya.
Dia mengatakan nasabah di perbankan konvensional umumnya memiliki rentang usia dari 18 tahun hingga 90 tahun. Berlandaskan kondisi tersebut, bank selayaknya terus adaptif menyesuaikan strategi yang tepat guna melayani kebutuhan seluruh nasabah.
Kendati masih mempertahankan layanan fisik, bukan berarti emiten bank bersandi BBCA ini abai dalam digitalisasi. Bank yang mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 itu juga tetap fokus menggenjot pertumbuhan layanan digital perbankan.
Hal itu setidaknya terlihat dari nilai transaksi layanan internet banking BCA yang tembus Rp8,42 triliun atau naik 20,3 persen yoy pada semester I/2022. Sementara itu, pertumbuhan nilai transaksi mobile banking melesat 43,3 persen yoy menjadi Rp2,55 triliun.