Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri pembiayaan (multifinance/leasing) mulai ambil ancang-ancang seiring keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen per hari ini, Selasa (23/8/2022).
Segelintir leasing, terutama yang mayoritas pendanaannya berasal dari pinjaman perbankan, mulai putar otak untuk mencoba mempertahankan agar penawaran bunga kepada calon konsumennya tetap kompetitif.
Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim menjelaskan bahwa sebagai leasing anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), pihaknya akan mengikuti kebijakan bunga fasilitas kredit induk usaha.
Terlebih, sampai saat ini komposisi pendanaan BCA Finance sekitar 90 persen merupakan joint financing dengan BBCA. Apabila induk memutuskan ada kenaikan bunga dalam waktu dekat, calon debitur baru BCA Finance berpotensi terkena era kenaikan bunga pembiayaan.
"Tapi secara umum kami masih tunggu reaksi dari bank, terutama induk usaha. Kalau memang bunga dari bank naik, baru kemudian kami juga akan naikkan bunga pinjaman kami untuk debitur pinjaman baru," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Selasa (23/8/2022).
Sedikit berbeda, PT Indomobil Finance Indonesia (Indomobil Finance) sebagai salah satu leasing yang tidak dimiliki langsung oleh bank, mengaku telah mengantisipasi era kenaikan suku bunga acuan ini agar bisa bertahan lebih lama dalam menawarkan bunga yang menarik buat calon pelanggan.
Baca Juga
Vice President Director PT Indomobil Multi Jasa Tbk. (IMJS) sekaligus Vice Chairman of Executive Board Indomobil Finance Gunawan Effendi menjelaskan bahwa momen kenaikan suku bunga ini pun sekaligus menjadi ujian ketahanan di antara pemain leasing dalam hal penawaran bunga yang kompetitif.
"Transimisi kenaikan tingkat bunga pembiayaan akan berbeda-beda untuk setiap institusi lembaga pembiayaan. Ada kalanya kami absorb, bila kenaikannya tidak signifikan, dalam artian kami tidak akan meneruskan kenaikan tersebut kepada calon debitur," ujarnya kepada Bisnis.
Oleh sebab itu, walaupun suku bunga acuan sudah terjadi peningkatan, tidak serta-merta bunga pembiayaan Indomobil Finance juga akan langsung naik.
Sebagai gambaran, Indomobil Finance telah mempersiapkan sumber pendanaan dari surat utang terbarunya pada pertengahan 2022 lalu, yaitu Obligasi Berkelanjutan V IMFI Tahap I Tahun 2022 senilai Rp600 miliar.
Indomobil Finance juga menerima pinjaman sindikasi sebesar US$327 juta atau setara Rp4,8 triliun dari 13 entitas perbankan dalam negeri maupun luar negeri, bank-bank jumbo asal Indonesia, Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, Australia, dan Cina.
"Jadi penentuan bunga jual kepada calon debitur pun dipengaruhi berbagai faktor, tidak hanya dari cost of fund. Misalnya, faktor persaingan, tahap penetrasi bisnis, biaya operasi, biaya kredit, dan margin yang diharapkan, itu semua akan turut mempengaruhi," tambahnya.
Adapun, Direktur Sales Distribusi PT Mandiri Tunas Finance (MTF) William Francis menekankan bahwa biasanya ada jangka waktu bagi setiap leasing dalam memutuskan akan mengerek pengenaan bunga kepada calon konsumen atau tetap bertahan.
Oleh sebab itu, masih ada kesempatan buat calon debitur baru MTF yang berminat mengambil kredit kendaraan untuk menikmati tingkat bunga pembiayaan yang saat ini masih ditawarkan.
"Kami akan mengikuti pola pinjaman dari bank kreditur kami, terutama Bank Mandiri, untuk menentukan waktu kenaikan rate jual MTF. Biasanya mulai ada pertimbangan menaikkan dalam waktu beberapa bulan ke depan setelah suku bunga acuan naik, sehingga masih ada waktu," jelasnya.
Sebagai informasi, MTF sendiri memiliki strategi mengombinasikan sumber pendanaan dari bank dengan penerbitan surat utang, dengan porsi pinjaman bank yang lebih besar, terutama yang berasal dari fasilitas kredit induk usaha, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).
Realisasi penggalangan dana dari penerbitan surat utang MTF yang paling anyar terjadi pada awal tahun ini, lewat Obligasi Berkelanjutan V MTF Tahap III Tahun 2022 senilai Rp1,2 triliun.
Obligasi tersebut merupakan bagian PUB Obligasi V MTF dengan total target dana Rp5 triliun, di mana tahap I terealisasi Rp858 miliar pada 2020, sementara Tahap II terealisasi Rp1,4 triliun pada 2021, sehingga MTF masih memiliki plafon untuk menerbitkan obligasi lagi sampai akhir 2022 nanti.