Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga Tabungan Bank Nol Persen, Bos BRI (BBRI): Itu Hanya Sementara

Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan bahwa bunga tabungan nasabah akan kembali meningkat seiring dengan berlangsungnya pemulihan ekonomi.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI Sunarso menyatakan bahwa suku bunga tabungan bank nol persen hanya bersifat sementara. Menurutnya, bunga tabungan akan kembali meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi

“Percayalah bahwa itu hanya sementara karena melimpahnya uang yang ditaruh di perbankan, tetapi begitu ekonomi pulih, kredit tumbuh lagi, dan masyarakat mulai menarik duitnya di bank, maka akan terjadi peningkatan kebutuhan likuiditas maka nanti tabungan akan naik bunganya,” ujarnya dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).

Sunarso juga menjelaskan ada dua faktor penting yang akan menentukan pergerakan bunga ke depan. Pertama, pulihnya ekonomi dan masyarakat mulai aktif menarik uang di bank untuk memulai usaha. Alhasil, kredit bakal tumbuh dan kebutuhan likuiditas meningkat.

Kedua adalah krisis pangan dan energi, serta masalah tingginya inflasi di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia, sehingga mengakibatkan bank sentral mengerek suku bunga acuan. Begitu pun dengan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 persen.

Selain itu, BI juga menaikkan giro wajib minimum (GWM) menjadi 9 persen pada September 2022. Hal itu akan membuat likuiditas di pasar kian berkurang karena tersedot oleh BI, kemudian nasabah yang mulai menjalankan usaha, serta digunakan oleh bank untuk menumbuhkan kredit.

“Bagaimana responsnya? Kami akan lihat dulu dan tidak serta-merta panik segera menaikkan itu. Ada alarmnya yaitu loan to deposit ratio [LDR],” tutur Sunarso.

Dia mengatakan bahwa LDR dari emiten bersandi saham BBRI tersebut masih berada di kisaran 88–89 persen. Artinya, apabila LDR perseroan telah di level 92 persen atau berada di batas optimal, maka perseroan harus mencari dana dengan menaikkan suku bunga deposito.

Oleh karena itu, Sunarso menyatakan bahwa dengan kondisi LDR yang masih berada di level 88–89 persen, BBRI justru perlu tetap mendorong penyaluran kredit hingga di level 90–92 persen.

“Baru setelah menyalurkan kredit, kami tengok dulu, apakah kami punya likuiditas atau tidak. Kalau likuiditasnya tidak cukup, baru kami naikkan suku bunga. Dampaknya kalau biaya dana naik ya suku bunga kredit dinaikkan,” pungkasnya.

Kendari demikian, Sunarso menegaskan bahwa dengan berkaca pada posisi LDR yang masih di bawah 90 persen, BBRI sejauh ini belum memberikan respons terhadap kenaikan suku bunga acuan bank sentral. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper