Bisnis.com, JAKARTA – Penyaluran kredit ke segmen korporasi masih memiliki ruang bertumbuh hingga akhir kuartal IV/2022. Hal tersebut ditunjukkan oleh menguatnya indikasi permintaan terhadap pembiayaan perbankan.
Survei Bank Indonesia (BI) memperlihatkan bahwa kebutuhan pembiayaan korporasi pada tiga bulan mendatang diperkirakan meningkat, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan, meningkatkan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi dari saldo bersih tertimbang (SBT) mencapai 23,6 persen pada Agustus 2022 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 22,9 persen.
Peningkatan kebutuhan pembiayaan tersebut, antara lain disampaikan oleh responden di sektor reparasi mobil dan motor, pertanian, serta sektor industri pengolahan.
“Responden menyampaikan peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama untuk mendukung aktivitas operasional [83 persen] dan membayar kewajiban jatuh tempo yang tidak bisa di-roll over [25,2 persen],” tulis Survei BI, dikutip pada Minggu (18/9/2022).
Bank sentral juga mencatat masih ada beberapa sektor yang masih mengalami perlambatan kebutuhan, di antaranya sektor pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Hal ini disebabkan masih lemahnya permintaan mitra dagang dan masyarakat.
Baca Juga
Kredit Korporasi BNI dan Mandiri
Di sisi lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir 2022 berada di kisaran 7 persen hingga 10 persen. Segmen korporasi akan menjadi salah satu motor pertumbuhan tersebut.
Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir menyampaikan pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar terhadap ekonomi dan secara jangka panjang dapat menghasilkan portofolio bisnis yang berkelanjutan bagi perseroan.
Dia juga menyebutkan momentum penyaluran kredit korporasi dari emiten bersandi saham BBNI ini semakin membaik dalam beberapa kuartal terakhir. Terlihat dari capaian penyaluran kredit BNI pada kuartal II/2022 menjadi yang tertinggi pasca-pandemi.
Sepanjang semester I/2022, BBNI mencatatkan outstanding kredit korporasi sebesar Rp311,2 triliun atau naik 8,28 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kenaikan itu didorong oleh pertumbuhan di segmen korporasi blue chip.
“Kami rasa momentum ini masih akan berlanjut di semester kedua tahun ini. Kami melihat masih banyak peluang yang bisa kami garap di segmen korporasi,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Silvano mengatakan beberapa segmen korporasi yang memiliki potensi besar bertumbuh, antara lain fast moving consumer good atau FMCG, telekomunikasi, dan kesehatan. Selain memiliki potensi besar, segmen ini juga dinilai defensif dari sisi risiko.
Sementara itu, segmen korporasi juga masih menjadi tulang punggung dari kinerja penyaluran kredit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sampai dengan akhir Juli 2022.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa penyaluran kredit perseroan masih berada di tren positif. Tecermin dari realisasi kredit yang tumbuh 11,38 persen yoy menjadi Rp875,74 triliun per akhir Juli 2022.
“Penyaluran kredit tersebut antara lain ditopang oleh pertumbuhan pada segmen bisnis wholesale banking yang mencatat pertumbuhan 10,8 persen yoy dari Rp 532,96 triliun per akhir Juli 2021 menjadi Rp590.51 triliun pada Juli 2022,” tuturnya.
Pertumbuhan bisnis di segmen wholesale ditopang oleh penyaluran kredit korporasi yang tumbuh 7,69 persen yoy, sementara segmen ritel mencatatkan peningkatan 12,53 persen yoy.
Menurut Rudi, seiring dengan proses pemulihan ekonomi pada tahun ini, emiten bank berkode saham BMRI tersebut menilai pencairan kredit di segmen corporate banking masih akan berjalan positif seiring perbaikan di sejumlah sektor.
“Terutama pada sektor-sektor yang masih mencatatkan perbaikan seperti perkebunan, telekomunikasi dan fast moving consumer goods (FMCG),” kata Rudi.