Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR Minta BSI (BRIS) Percepat Tingkatkan Rasio Kecukupan Modal

BSI (BRIS) memiliki rencana menerbitkan saham baru untuk meningkatkan rasio kecukupan modal pada akhir tahun ini.
Karyawan menunjukkan kartu pembiayaan BSI Hasanah Card di outlet PT Bank Syariah Indonesia KC Jakarta Barat, Kebon Jeruk Jakarta, Senin (1/2/2021). Binsis
Karyawan menunjukkan kartu pembiayaan BSI Hasanah Card di outlet PT Bank Syariah Indonesia KC Jakarta Barat, Kebon Jeruk Jakarta, Senin (1/2/2021). Binsis

Bisnis.com, JAKARTA – Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta agar PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI mempercepat aksi korporasi untuk meningkatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan menjadi 22 persen.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi VI DPR M. Sarmuji yang sekaligus menjadi pimpinan rapat saat membacakan kesimpulan hasil rapat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan Kementerian BUMN, Selasa (20/9/2022).

“Komisi VI DPR RI meminta PT Bank Syariah Indonesia Tbk. untuk mempercepat aksi korporasi dalam rangka peningkatan capital adequacy ratio [CAR] agar dapat meningkatkan fungsi intermediasi dan mampu bersaing dengan bank lainnya,” kata Sarmuji, seperti dikutip pada Rabu (21/9/2022).

Tercatat, sampai dengan akhir Juni 2022, rasio kecukupan modal yang dimiliki BRIS mencapai 17,31 persen. Ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu berada di level 22,27 persen.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengakui bahwa rasio kecukupan modal perseroan berada di bawah industri. Oleh sebab itu, BSI berencana untuk melakukan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue untuk menaikkan modal pada kuartal IV/2022.

“CAR lebih tinggi itu lebih bagus, karena waktu merger belum ada injeksi modal tambahan. Nah, kita harus injeksi [modal] lewat rights issue,” ujarnya.

Hery menyampaikan perseroan akan melakukan rights issue senilai Rp5 triliun yang digunakan untuk ekspansi bisnis BSI, seiring dengan target pertumbuhan biaya perseroan yang cukup tinggi. Selain itu, aksi tersebut juga untuk mengerek rasio CAR perseroan menjadi 22 persen.

“[CAR] belum mampu ke 25 persen, tapi corporate action berikutnya akan kita kejar ke sana,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper