Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) resmi mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHETD) I atau rights issue maksimal 6 miliar dengan nilai nominal Rp500 per saham.
Aksi tambah modal tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Jumat (23/9/2022). Selain menyetujui rights issue, rapat juga menyepakati susunan kepengurusan baru di bank syariah terbesar di Indonesia ini.
Terkait dengan rights issue, emiten bersandi BRIS tersebut akan menggunakan raihan dana aksi korporasi untuk mendukung ekspansi pertumbuhan perseroan secara organik melalui penyaluran pembiayaan murah dan kompetitif bagi masyarakat.
Oleh sebab itu, untuk mendukung kinerja penyaluran pembiayaan, BSI membutuhkan tambahan permodalan atau ekuitas agar rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dapat mencapai di atas 20 persen pada akhir 2025.
Seiring dengan rencana tersebut, kinerja BRIS hingga semester I/2022 mampu mencatatkan sejumlah pencapaian. Salah satunya adalah biaya dana atau cost of fund (CoF) yang turun drastis ke angka 1,57 persen pada paruh pertama tahun ini.
Direktur Finance dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan bahwa posisi biaya dana BSI saat ini lebih baik dibandingkan rata-rata bank konvensional. Menurutnya, hal ini seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dana di BSI.
“Dana murah kami terus meningkat secara konsisten dan hal tersebut mendorong membaiknya CoF BSI. Perkembangan ini mudah-mudahan dapat mendukung upaya kami untuk dapat memberikan produk dan layanan yang lebih kompetitif kepada masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Minggu (25/9/2022).
Dia menuturkan BSI juga terus meningkatkan dana murah (current account saving account/CASA). Pada Juni 2022, komposisi CASA perseroan meningkat dibandingkan tahun lalu menjadi 59,43 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp244,66 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi, peningkatan dana murah ini ditopang oleh masifnya tabungan dana wadiah. Hingga Juni 2022, tabungan wadiah tumbuh sebesar 23,06 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi sebesar Rp39,16 triliun.
Di sisi lain, BSI juga memiliki skala ekonomi yang kompetitif dengan basis nasabah mencapai 17 juta. “Tahun ini ada penambahan nasabah rata-rata 150.000 per bulan, lebih besar dari rata-rata penambahan nasabah 100.000 per bulan tahun lalu,” kata Hery.
Hal tersebut dapat dilihat dari rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) yang terus mengalami tren menurun. Tercatat pada Juni 2021 posisi BOPO perseroan berada di level 80,68 persen, sementara Juni 2022 menyusut menjadi 74,50 persen.
Selain mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sangat baik, Hery mengatakan BSI juga berupaya meningkatkan daya saing dalam hal yield pembiayaan. Tingkat bagi hasil pada Desember 2021 berada di 9,57 persen dan mampu turun menjadi 9,19 persen pada Juni 2022.