Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri asuransi membutuhkan dukungan dari perbankan untuk mengatasi lonjakan klaim asuransi kredit. Adanya permasalahan tata kelola bisnis kredit telah menekan kinerja perusahaan asuransi.
Direktur Teknik PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Vincentius Wilianto mengungkapkan bahwa Askrindo tengah merestrukturisasi portofolio asuransi kredit konsumtifnya seiring makin tingginya rasio klaim asuransi kredit. Menurutnya, dalam melakukan restrukturisasi tersebut dukungan perbankan dibutuhkan.
“Beberapa kasus kami berhasil melakukan restrukturisasi ini butuh dukungan pihak perbankan karena mau enggak mau harus diakui perbankan di waktu lalu sudah menikmati atau secure bottom line, tanpa sepengetahuan atau pengertian yang dalam dari sisi asuransi bahwa itu [menerima kredit risiko tinggi] membuat bunuh diri di sisi asuransi,” ujar Vicentius dalam acara IndonesiaRe International Conference 2022, Kamis (29/9/2022).
Dia menuturkan pihak perbankan diharapkan dapat memberikan kelonggaran-kelonggaran dalam proses restrukturisasi tersebut. Ia mencontohkan terdapat perusahaan asuransi yang risk based capital-nya (RBC) negatif. Namun, karena adanya dukungan dari perbankan untuk merestrukturisasi portofolio asuransi kreditnya, terbuka peluang RBC untuk kembali ke zona positif.
Adapun, dalam perbaikan tata kelola bisnis asuransi kredit terdapat hal yang harus diterapkan perusahaan asuransi ke depan. Beberapa di antaranya seperti harus ada risk sharing antara bank dan asuransi, dan perusahaan asuransi umum tidak menanggung natural death.
“Ini yang mungkin susah diterima perbankan, yaitu yearly renewable term. Jangan kontrak jangka panjang, tapi satu tahun bisa di renew karena supaya kami bisa ubah term and condition jika hasilnya jauh dari ekspektasi. Pembayaran premi juga mengikuti yearly harusnya annual premi bukan premi tunggal. Begitu premi tunggal, salah preminya, itu sudah dikunci untuk durasi yang panjang bisa sampai 20 tahun,” kata Vincentius.
Baca Juga
Sementara itu, Executive Vice President of Risk Management PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Eduard Guntoro Purba mengatakan, permasalahan mendasar bisnis asuransi kredit adalah permasalahan struktural sehingga perbaikan-perbaikan harus dilakukan secara struktural.
Di sisi lain, dia menilai juga perlu didalami secara analitik pada segmen kredit mana yang membuat kinerja asuransi kredit tertekan.
“Ini bukan hanya PR industri asuransi tapi juga regulator membantu. Kalau bank karena heavily regulated jadi dalam menolong [perusahaan asuransi] pun butuh pintu [regulasi] untuk bisa menolong,” katanya.