Bisnis.com, JAKARTA — APRO Financial Co. Ltd. akan bertindak sebagai pembeli siaga dalam penerbitan saham baru atau rights issue PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR). Dalam aksi korporasi ini, Bank Oke akan menerbitkan 2,93 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar.
Berdasarkan prospektus yang dirilis di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (5/10/2022), emiten berkode DNAR ini menetapkan harga pelaksanaan sebesar Rp170 per saham. Dana hasil rights issue diperkirakan mencapai sekitar Rp500 miliar.
Setiap pemegang saham dengan kepemilikan 19 lembar saham DNAR memiliki empat hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru.
Apabila setelah alokasi masih terdapat sisa saham, maka pemegang saham mayoritas DNAR yakni APRO Financial Co. Ltd yang bertindak sebagai pembeli siaga akan membeli seluruh sisa saham yang ditawarkan atau sebanyak 252 juta saham dengan harga pelaksanaan Rp170.
“Saham hasil pelaksanaan HMETD yang dikeluarkan dalam rangka PUT [Penawaran Umum Terbatas] IV ini memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham yang telah dikeluarkan sebelumnya oleh perseroan, termasuk hak atas dividen,” tulis manajemen.
Periode perdagangan rights issue DNAR akan dimulai pada 19 – 25 Oktober mendatang. Sementara itu, tanggal pencatatan daftar pemegang saham yang berhak atas HMETD atau recording date ditetapkan pada 17 Oktober 2022.
Melalui aksi korporasi ini, seluruh dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha perseroan. Dana itu nantinya bakal disalurkan dalam bentuk pemberian kredit.
Selain itu, dana segar hasil rights issue dipastikan membuat modal inti minimum perseroan tembus Rp3 triliun. “Modal inti kami pada akhir Juni 2022 sebesar Rp2,968 triliun,” kata Direktur Bank Oke Efdinal Alamsyah beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diketahui, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.12/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum mewajibkan bank memiliki modal inti secara bertahap. Mulai dari Rp1 triliun pada 2020, naik menjadi Rp2 triliun tahun 2021, dan Rp3 triliun pada 2022.