Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) akan menerbitkan saham baru atau rights issue di tengah tren koreksi saham emiten perbankan. BBTN sendiri dalam 6 bulan terakhir mengalami koreksi sebesar 10,12 persen.
Sebagaimana diketahui, BBTN telah mendapatkan persetujuan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, Selasa (18/10/2022).
BBTN rencananya akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya sebanyak-banyaknya 4,6 miliar saham Seri B dengan nilai nominal Rp500 per saham. Harga pelaksanaan dan rasio akan disampaikan setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Melalui aksi korporasi tersebut, perseroan membidik dana segar senilai Rp4,13 triliun. Perinciannya, sebanyak Rp2,48 triliun berasal dari penyertaan modal negara atau PMN, sementara Rp1,65 triliun dari pemegang saham publik.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa setelah aksi penambahan modal, persentase saham pemerintah tidak mengalami perubahan atau tetap 60 persen, sedangkan sisanya 40 persen dikuasai publik.
Haru menjelaskan untuk memuluskan rencana penambahan modal, perseroan akan melakukan roadshow ke investor asing dan dalam negeri. Tujuannya menyampaikan rencana aksi korporasi dan prospek bisnis perseroan ke depan.
Baca Juga
“Harapannya pemegang saham yang ada, mudah-mudahan, bisa menjadi standby buyer karena dengan cerita yang bagus tentang Bank BTN,” pungkasnya.
Dia menjelaskan bahwa dana yang terkumpul dari rights issue akan digunakan untuk menggenjot kredit pemilikan rumah (KPR). Sampai dengan tahun 2025, BBTN menargetkan pembiayaan perumahan dapat meningkat hingga 1,32 juta unit.
“Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan KPR BTN sebanyak 800.000–850.000 unit. Dengan penambahan modal, kapasitas perseroan akan meningkat menjadi 1,32 juta dalam kurun lima tahun ke depan,” tutur Haru.
Selain menyediakan akses pembiayaan perumahan, BBTN juga akan bekerja sama dengan pengembang untuk mengembangkan hunian yang terjangkau bagi generasi milenial.
Haru juga menyampaikan perseroan akan terus mengembangkan bisnis dalam ekosistem perumahan. Salah satunya melalui ekspansi bisnis di sepanjang rantai pasok perumahan dan mengembangkan ekosistem perumahan digital sebagai sumber pertumbuhan baru ke depan.
“Kami optimistis rights issue akan optimal karena seluruh dana yang diperoleh akan kami pergunakan untuk menyalurkan kredit. Ini menjadi ikhtiar bersama untuk meningkatkan jumlah MBR [Masyarakat Berpenghasilan Rendah] dan milenial yang memiliki hunian layak,” ujarnya.